Eksplorasi.id – Aliansi Nasional (AN) 98 untuk Bangsa mendesak Menteri ESDM Ignasius Jonan segera mencopot Amien Sunaryadi dari kursi kepala SKK Migas, dan mengganti dengan orang yang lebih kompeten.
Pery Rinandar dari AN 98 mengatakan, di bawah Amien Sunaryadi kondisi SKK Migas bisa dikatakan mendapat raport merah dan kini berada di bibir jurang.
“Kepercayaan KKKS terhadap SKK Migas saat ini nyaris hilang. SKK Migas di bawah Amien tidak bisa mengayomi para KKKS yang telah berinvestasi di Indonesia,” kata dia di Jakarta, Rabu (28/12).
Pery menjelaskan, kemudian persoalan audit opini tidak wajar yang diberikan BPK ke SKK Migas sekaligus menunjukan kegagalan Amien Sunaryadi.
Selain itu, imbuh dia, di bawah Amien Sunaryadi kinerja SKK Migas juga tidak kunjung menunjukkan perbaikan. “Sudah selayaknya Amien Sunaryadi layak diganti secepatnya karena kinerjanya tidak memuaskan,” ujar dia.
Dia menjelaskan, Amien juga terkesan menghambat kemajuan peningkatan produksi (lifting) minyak. Contohnya Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu yang masih bisa ditingkatkan produksinya malah ditahan.
Kemudian, lanjut Pery, SKK Migas di bawah Amien juga tidak bisa memberikan kepastian investasi terhadap pengembangan proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) Lapangan Gendalo dan Gehem yang dikelola PT Chevron Pacifik Indonesia.
“Belum lagi persoalan cost recovery pada 2017 yang sudah ditetapkan sebesar USD 10,4 miliar pada September lalu namun SKK Migas berkukuh bahwa idealnya cost recovery pada tahun depan berkisar USD 13 miliar hingga USD 14 miliar,” jelas dia.
Di satu sisi, Pery berkomentar sebaiknya posisi kepala SKK Migas dijabat dari kalangan internal SKK Migas. Alasannya, banyak figur dari internal SKK Migas yang cukup mumpuni dan mengetahui kondisi sektor migas di Tanah Air.
“Jangan sampai terulang masuknya orang luar yang tidak paham kondisi migas di Tanah Air. Ini sudah ada buktinya. Jangan jadikan sektor migas sebagai kelinci percobaan, taruhannya terhadap keberlangsungan sektor migas cukup besar,” katanya.
Reporter : Inka
Comments 1