Eksplorasi.id – Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menganggap aneh sikap manajemen PT Pertamina (Persero) yang batal mengakusisi 30 persen saham LukOil di Blok West Qurna 2 di Irak. Padahal, sebelumnya Pertamina sudah memiliki 10 persen saham di blok minyak yang bersebelahan dengan West Qurna 2, yakni West Qurna 1.
“Padahal Pertamina sudah punya perjanjian eksklusif dengan LukOil bukan karena kalah tender. Tapi ini kenapa tiba-tiba mundur? West Qurna 2 itu sekarang produksinya setara dengan lapangan milik Chevron di Riau. Anehnya, Pertamina malah mengakuisisi perusahaan Prancis, Maurel & Prom, yang produksinya hanya sekitar 30 ribu barel per hari (bph),” kata Yusri kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Selasa (23/8).
Yusri menjelaskan, jika dibandingkan antara lapangan minyak milik Maurel & Prom dengan LukOil, ibarat seperti berburu di hutan lebat dengan berburu di kebun binatang. “Lebih mudah orang berburu di kebun binatang karena binatangnya ketahuan, kalau di hutan lebat susah sekali,” jelas dia mengibaratkan.
Kemudian terkait produksi milik Pertamina di Blok West Qurna 1, lanjut Yusri, ‘jatah’ Pertamina tersebut sudah dua kali dijual melalui Integrated Supply Chain (ISC). Yusri meminta Pertamina menjelaskan kepada publik kenapa minyak tersebut dijual. “Apakah tidak ekonomis kalau diolah di kilang Pertamina? Padahal Pertamina sejak 2013 ada berkontrak panjang dengan NOC Irak. Karena minyak mentahnya tidak bisa diolah di kilang Pertamina, maka digunakan skema COPD (crude oil processing deal) dengan kilang di Korea Selatan. Nah, pertanyaaan kenapa tidak skema ini dilakukan,” ujar dia.
Baca juga :
Bahkan, ungkap Yusri, minyak tersebut diduga dijual dengan harga Dubai Platts minus USD 0,3 per barel ke perusahaan BP. Padahal, ada juga yang mengajukan penawaran Dubai Platts, tidak minus dan plus. “Agar info ini tidak menjadi fitnah, sebaiknya BPK perlu melakukan audit investigasi akan info ini,” katanya.
Kemudian, terang Yusri, karena sudah ada aktifitas West Qurna 1, manajemen Pertamina semestinya lebih efisien di satu negara dengan mengelola beberapa aset, dibandingkan terpencar-pencar.
Data yang dihimpun Eksplorasi.id, Pertamina sebelumnya beberapa waktu lalu telah mengakuisisi 10 persen participating interest (PI) Exxon Mobil Iraq Limited (EMIL) di Blok Wes Qurna 1, Irak yang memiliki cadangan migas super raksasa. Kala itu, EMIL juga menjual 25 persen PI-nya di blok tersebut kepada PetroChina Iraq Ltd, sehingga PI dari 60 persen tersisa 25 persen.
Blok West Qurna 1 berlokasi di dekat Basrah, kota besar kedua Irak, sekitar 400 km sebelah tenggara ibukota Bagdad. Ladang raksasa ini memiliki cadangan terambil sekitar 22 miliar barel minyak (BBO) dengan operator masih tetap dipegang oleh EMIL. Para pemegang saham di blok tersebut setelah akuisisi adalah EMIL (25 persen), PCC (25 persen), Oil Exploration Company Iraq (OEC, BUMN Migas Irak, 25persen), Shell West Qurna BV (SWQ BV, 15persen), dan Pertamina (10 persen).
Sejarah akuisisi Blok West Qurna 1 berawal dari usaha Pertamina mencari peluang usaha di Irak pada 1996. Pada 1997, Pertamina mendapat beberapa kesempatan join study dari pemerintah Irak, antara lain di Blok-3 Western Dessert (WD) dan Lapangan Tuba. Pertamina pernah melakukan kegiatan eksplorasi berupa kegiatan seismik di Blok-3WD.
Kegiatan Pertamina di Irak, sempat terhenti dalam waktu cukup lama akibat konflik politik di negara tersebut. Pada 2009, Pertamina mengikuti bidding round Irak 1, 2 dan 4, namun belum memperoleh hasil yang positif. Selanjutnya, pada pertengahan 2013 ada tawaran untuk pengalihan 10 persen PI EMIL di Blok West Qurna-1.
Pertamina mengikuti lelang tersebut setelah memenuhi semua persyaratan yang ada dan memperoleh persetujuan dari para parties dan pemerintah Iraq, akhirnya Pertamina melalui PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi resmi sebagai salah satu pemegang PI di Lapangan West Qurna I.
Reporter : Ponco Sulaksono Caption : Ilustrasi lapangan minyak | Istimewa
Comments 3