
Eksplorasi.id – Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) meminta Presiden Joko Widodo tidak kembali salah memilih figur orang yang akan menjabat sebagai direktur utama (dirut) definitif PT Pertamina (Persero).
“Presiden jangan sampai salah pilih orang (dirut). Keputusan tim penilai akhir (TPA) tetap di tangan presiden. Jangan keliru presiden memilih pengganti Elia Massa Manik,” kata Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi Hutabarat melalui rilisnya, Sabtu (26/5).
Penjelasan Binsar, saat ini kondisi Pertamina kurang bagus karena terlalu lama dikendalikan oleh dirut yang berstatus pelaksana tugas (Plt).
Seperti diketahui, pasca-Massa Manik dicopot dari posisi dirut pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina yang berlangsung pada Jumat (20/4/2018), jabatan dirut dipegang oleh Nicke Widyawati namun bersifat Plt.
“Posisi Pertamina sangat strategis bagi kepentingan masyarakat dan negara. Jadi, sebaiknya segera putuskan siapa dirut definitifnya,” ujar dia.
Namun, imbuh Binsar, pihaknya menolak tiga nama yang digadang-gadang akan menjadi dirut definitif Pertamina. Mereka yang ditolak pensiunan Pertamina tersebut adalah Nicke Widyawati, Hanung Budya Yuktyanta, dan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra
“Kedua nama itu (Nicke dan Hanung) jika benar jadi nominasi untuk jabatan dirut Pertamina, dan ada salah satu yang terpilih misalnya, kami sangat menyesalkan,” tegas dia.
Baca juga: Dirut Pertamina Definitif Segera Ditetapkan, Tiga Kandidat Bersaing Ketat
Menurut Binsar, Nicke bukanlah orang yang ahli di bidang minyak dan gas bumi (migas). “Menempatkan pemimpin yang bukan ahlinya, maka pencapaian pembangunannya dipastikan nol,” jelas dia.
Sementara sosok Hanung, lanjut dia, pernah duduk sebagai presiden direktur anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Limited (Petral), pada 2004 disaat era Pertamina dipimpin oleh Widya Purnama.
“Jelas-jelas dia (Hanung) mantan dirut Petral yang perusahaannya sudah dibubarkan oleh Presiden Jokowi karena menjadi sarangnya mafia migas,” ucap dia.
Bahkan, ungkap Binsar, Hanung sempat tersangkut kasus dugaan korupsi pembayaran jasa transportasi dan handling bahan bakar minyak (BBM) fiktif oleh Pertamina kepada PT Ratu Energy Indonesia untuk tahun anggaran 2010-2014.
“Saat itu Hanung yang meneken kontrak pada kapasitasnya sebagai direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina. Konon, dia sudah dipanggil oleh Kejaksaan Agung karena adanya kerugian keuangan negara senilai Rp 50 miliar,” katanya.
Komentar Binsar, jika nama Hanung yang muncul dan duduk sebagai dirut Pertamina, bisa dipastikan kondisi Pertamina akan hancur. “Pertamina bisa jadi bancakan dan mudah untuk menjadi sapi perah,” ujarnya.
Terkait nama Askhara Danadiputra, yang kini duduk sebagai dirut PT Pelindo III (Persero), Binsar pun meragukan kemampuan Askhara.
“Masa iya orang yang biasa ngurus pelabuhan dikasih kepercayaan untuk mengurus minyak. Jauh panggang dari api. Nanti sama kasusnya biasa urus semen maupun urus kebun dipercaya urus minyak. Lihat saja bagaimana Dwi Dwi Soetjipto maupun Massa Manik tidak berumur panjang menjadi dirut Pertamina,” jelasnya.
Reporter: HYN