Eksplorasi.id – Jajaran manajemen PT Pertamina (Persero) dikabarkan akan membentuk jabatan baru, yaitu posisi wakil direktur utama (wadirut).
Informasi adanya posisi baru tersebut diperoleh Eksplorasi.id dari sumber terpercaya yang enggan disebut namanya. “Info ini A1 (valid). Posisi wadirut diadakan ketika Dwi Soetjipto selaku dirut sedang ada di luar negeri,” kata sumber di Jakarta, Selasa (9/8).
Sumber mengungkapkan, adanya posisi wadirut itu kabarnya sudah disetujui oleh dewan komisaris. “Nama yang diajukan adalah Ahmad Bambang yang kini duduk sebagai direktur Pemasaran. Katanya minggu depan pelantikannya,” ungkap sumber.
Menurut sumber, jika jabatan wadirut itu jadi direalisasikan, maka hal itu bisa semakin menambah beban keuangan Pertamina, terutama terkait soal komponen gaji kepada jajaran direksi.
“Saat ini tujuh orang direksi di Pertamina saja sudah lumayan memakan biaya komponen gaji. Publik sudah tahu gaji direksi Pertamina itu besar-besar. Ini akan ditambah lagi dengan beban satu posisi baru,” jelas sumber.
Baca juga: http://eksplorasi.id/ahmad-bambang-akan-gantikan-dwi-soetjipto-sebagai-dirut-pertamina/
Saat ini posisi direksi Pertamina diisi oleh Dwi Soetjipto (dirut), Syamsu Alam (direktur Hulu), Yenni Andayani (direktur Gas, Energi Baru dan Terbarukan), Rachmad Hardadi (direktur Pengolahan), Ahmad Bambang (direktur Pemasaran), Arief Budiman (direktur Keuangan), dan Dwi Wahyu Daryoto (direktur SDM dan Umum).
Sejumlah komisaris yang coba dikonfirmasi oleh Eksplorasi.id belum memberikan jawaban, seperti Edwin Hidayat Abdullah dan Widhyawan Prawiraatmadja.
Pesan singkat SMS (short message service) yang dikirim via ponsel ke Edwin Hidayat hingga berita ini diturunkan belum dibalas.
Begitu pula dengan pesan whatsapp messenger yang dikirim ke Widhyawan Prawiraatmadja. Dia hanya menjawab, “Mohon maaf saya masih di pesawat. Besok di Jakarta kita bisa kontak-kontak lagi. Salam.”
Eksplorasi.id juga telah mengirim pesan serupa ke Syamsu Alam selaku direktur Hulu dan juru bicara Pertamina Wianda Pusponegoro apakah keduanya mengetahui perihal tersebut, namun keduanya hingga kini belum memberikan jawaban.
Kontroversi
Nama Ahmad Bambang belakangan ini memang sering diperbincangkan, dan kerap menimbulkan kontroversi. Belum lama ini, dia juga diisukan akan menggantikan posisi Dwi Soetjipto sebagai dirut.
Masuknya nama Ahmad Bambang ke bursa pengganti Dwi Soetjipto dikarenakan konon adanya ‘campur tangan’ dari Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno.
Nama Ahmad Bambang masuk karena diduga dia merupakan orang dekat dari Ari Hernanto Soemarno yang merupakan kakak kandung dari Rini Soemarno.
Ahmad Bambang beberapa waktu juga pernah diminta untuk dicopot oleh mantan Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri.
Pada medio Mei 2015, Faisal meminta Ahmad Bambang dicopot karena terkait persoalan kebijakan yang salah dan fatal menyangkut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Saya minta satu aja, Ahmad Bambang itu diganti karena sudah berkali melakukan banyak kesalahan yang fatal. Karena Itu sudah keterlaluan,” ujar Faisal di Jakarta, Minggu (17/5/2015).
Kemudian kasus lainnya, adanya temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Laporan Keuangan Pertamina tahun 2015 soal kelebihan pendapatan dari penjualan solar bersubsidi.
Versi BPK, kelebihan pendapatan disebabkan karena pemerintah menetapkan harga jual eceran solar bersubsidi lebih tinggi dari harga keekonomiannya. Sementara pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 1.000 per liter untuk bahan bakar jenis ini.
Kala itu, imbuh sumber, Ketua BPK Harry Azhar Aziz pernah berkomentar bahwa penetapan harga jual solar bersubsidi yang lebih tinggi dari harga dasar termasuk pajak membuat keuntungan Pertamina bertambah. Hal ini membuat Pertamina meraup keuntungan hingga Rp 3,1 triliun.
“Sampai saat ini, pemerintah masih belum menentukan status dana tersebut,” ujar Harry saat menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dalam Sidang Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/6).
Reporter : Aditya
Comments 1