Eksplorasi.id – Produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu semestinya dialirkan melalui dua jalur pipa yang ada saat ini. Hal itu sebagai antisipasi jika terjadi hal yang tidak dimungkinkan terhadap distribusi minyak Banyu Urip.
Direktur Eksekutif 98 Institute Sayed Junaidi Rizaldi mengatakan, pemakaian dua jalur pipa sebagai antisipasi menjadi secondary supporting alias sebagai back up.
“Minyak dari Banyu Urip selama ini semuanya dialirkan ke FSO Gagak Rimang. Padahal, ada satu jalur pipa lagi yang telah di bangun oleh PT Pertamina EP Cepu dari ‘Pad A’ ke FSO Tanker Cinta Natomas,” kata dia di Jakarta, Jumat (13/1).
Sayed menegaskan, jangan sampai jika ada gangguan pada satu pipa, maka bisa berakibat fatal. Antisipasi diperlukan karena pipa minyak yang di bangun Exxon Mobil Cepu Ltd (EMCL) dengan ukuran 1 x 20 inchi hanya terpasang satu pipa saja.
“Selama ini, fasilitas produksi berupa pipanasi transportasi minyak mentah dengan kapasitas 44 ribu barel per hari (bph) yang telah di bangun Pertamina EP Cepu dari ‘Pad A’ ke FSO Cinta Natomas milik negara tidak diberdayakan sebagai back up. Semestinya pipa tersebut kembali dioperasikan,” jelas dia.
Dia menambahkan, pengoperasian kembali jalur pipa ke FSO Cinta Natomas sebagai antisipasi apabila terjadi masalah dengan pipanisasi yang dibangun EMCL dari ‘Pad B’ ke FSO Gagak Rimang.
“Produksi Banyu Urip itu sekarang cukup besar, mencapai hingga 200 ribu bph. Itu sekitar 25 persen dari produksi minyak nasional yang rata-rata dikisaran 800 ribu bph. Kalau ada apa-apa terhadap jalur pipa ke FSO Gagak Rimang maka produksi nasional bisa langsung drop. Makanya perlu back up,” tegas dia.
Reporter : Samsul