Eksplorasi.id – Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw mengingatkan manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) dan sejumlah perusahaan privatisasi serta kontraktornya agar tidak bertindak semena-mena melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.
“Kalau memang ada penghematan dan lain-lain yang dilakukan perusahaan, itu tugas dan tanggung jawab perusahaan. Saya pikir, perusahaan juga tidak boleh semena-mena. Koordinasi secara baik ke pemerintah. Kalau sepihak, nanti terjemahannya macam-macam,” kata Paulus Waterpauw di Timika, Jumat (17/2).
Kapolda juga meminta dukungan serta bantuan para tokoh masyarakat dan kepala-kepala suku di Mimika agar turut menjaga situasi keamanan di sekitar area pertambangan PTFI.
“Suarakan ke masyarakat bahwa masalah ini sedang dalam proses. Jangan membuat gerakan-gerakan lain yang justru membuat masalah ini makin lama diselesaikan,” ujarnya.
Paulus mengakui saat ini pengamanan di area pertambangan PTFI di Kabupaten Mimika mulai dari Mil 74 Distrik Tembagapura hingga Pelabuhan Portsite Amamapare ditingkatkan. Untuk mengamankan fasilitas-fasilitas penting di PTFI, Polri dibantu TNI mengerahkan sekitar 1.000 personel.
“Saya bersama Bapak Pangdam (Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian) telah mendapat laporan dari Kapolres Mimika, Dandim Mimika, Komandan Satgas Pengamanan PTFI dan Direktur PAM Obvit PTFI bahwa personel kami sudah menempati semua area di PTFI. Juga termasuk di dalamnya yaitu petugas pengamanan internal perusahaan,” jelas Paulus.
Mantan Kapolres Mimika periode 2003-2005 itu menegaskan peningkatan pengamanan di area pertambangan PTFI mengacu dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya dimana jika terjadi penghentian produksi maka akan berdampak luas kepada ribuan karyawan dan keluarga mereka, tetapi juga masyarakat di Mimika.
“Dampak yang ditimbulkan akibat penghentian produksi PTFI Freeport sangat besar tidak saja bagi karyawan, tapi juga mereka-mereka yang selama ini memanfaatkan pembuangan tailing di sepanjang aliran Kali Kabur (Sungai Aijkwa). Belum lagi kelompok-kelompok lain yang selama ini bergantung pada suplai dana PTFI,” jelas Paulus.
Kapolda Papua bersama Pangdam XVII/Cenderawasih bersama jajaran terkait lainnya akan segera melakukan evaluasi pengamanan di area PTFI. Jika diperlukan sewaktu-waktu, akan didatangkan pasukan TNI dan Polri ke Mimika untuk memperkuat pengamanan di area PTFI tersebut.
“Untuk tahap awal kami coba dulu dengan kekuatan yang kita punya. Mengingat sekarang anggota kami banyak ditugaskan untuk melakukan pengamanan Pemilukada pada 11 kabupaten/kota di Provinsi Papua maka kami akan tambahkan pengamanan ini,” ujarnya.
Kapolda mengakui sejak Kamis (16/2) terdapat sejumlah anggota Brimob dari Polda Kalimantan Barat telah didatangkan ke Timika untuk memperkuat pengamanan di area PTFI. “Mereka sudah datang ke Timika untuk membantu, tapi jumlahnya masih terbatas,” jelas Paulus.
Kapolda Papua Paulus Waterpauw bersama Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian secara khusus datang ke Timika pada Jumat pagi untuk menemui ribuan karyawan PTFI dan perusahaan-perusahaan privatisasi serta kontraktornya yang menggelar aksi demonstrasi di Kantor DPRD dan Kantor Bupati Mimika.
Aksi demonstrasi itu untuk menuntut pemerintah segera menerbitkan ijin kepada PTFI agar melakukan ekspor konsentrat tembaga, emas dan perak ke luar negeri. Izin ekspor konsentrat PTFI telah dihentikan oleh pemerintah sejak 12 Januari 2017.
Akibat dari kebijakan itu, sejak 10 Februari 2017 PTFI menghentikan sementara proses produksinya. Saat ini terdapat 23.200 karyawan baik karyawan permanen PTFI maupun karyawan perusahaan kontraktor dan privatisasinya yang bekerja di area pertambangan di Tembagapura, Mimika, Papua.
Sumber : Antara