Eksplorasi.id – PT Aneka Tambang Tbk (Persero) alias Antam pada Selasa (2/5) baru saja melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017.
Berdasarkan hasil RUPST, pemegang saham merombak susunan direksi perseroan, salah satunya dengan mencopot Teddy Badrujaman sebagai direktur utama (dirut) Antam.
Teddy digantikan oleh Arie Prabowo Ariotedjo yang sebelumnya menjabat sebagai direktur Niaga di PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Selain mengganti pucuk pimpinan tertinggi, perseroan juga memutuskan untuk merombak beberapa jajaran direktur dan komisaris persereoan. Di antara mereka ada yang diberhentikan dan ada pula yang digeser ke posisi lain.
Adapun susunan direksi Antam yang baru adalah, Arie Prabowo Ariotedjo (dirut), Dimas Wikan Pramudhito (direktur Keuangan), Sutrisno S. Tatetdagat (direktur Pengembangan), Tatang Hendra (direktur Pemasaran), Hari Widjajanto (direktur Operasi), dan Johan NB Nababan (direktur Human Capital & CSR).
Sedangkan untuk susunan komisaris adalah, Fachrul Razi (komisaris utama), Bambang Gatot Ariyono (komisaris), Zaelani (komisaris), Robert A Simanjuntak (komisaris), Gumilar Rusliwa Somantri (komisaris independen), Anang Sri Kusuwardono (komisaris independen).
Kinerja Keuangan
Masuknya Arie Prabowo menggantikan Teddy Badrujaman langsung dihadang oleh pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat, terutama terkait kinerja keuangan.
Sekedar informasi, berdasarkan data keuangan per 31 Maret 2017, bagi Antam dengan total aset mencapai sekitar Rp 30,3 triliun, terdiri atas aset lancar Rp 10,4 triliun dan aset tidak lancar Rp 19,9 triliun, perseroan hanya mampu meraup laba kotor sebesar Rp 82,5 miliar.
Laba kotor tersebut diperoleh dari selisih antara penjualan sekitar Rp 1,7 triliun dengan beban pokok penjualan yang sebesar Rp 1,6 triliun. Kemudian, perseroan juga memiliki total liabilitas (utang yang mesti dibayar) mencapai Rp 11,9 triliun. Rinciannya, utang jangka pendek Rp 4,7 triliun dan utang jangka panjang Rp 7,2 triliun.
Tahun lalu, berdasarkan data laporan keuangan perseroan per 31 Desember 2016, Antam hanya bisa meraup laba bersih sebesar Rp 64,81 miliar. Kondisi itu memang lebih baik dibanding 2015 yang mengalami rugi bersih sebesar Rp 1,44 triliun.
Padahal, Antam memiliki 21 anak usaha, baik yang dimiliki secara langsung maupun tidak. Adapun anak usaha Antam antara lain, Asia Pacific Nickel Pty Ltd, PT Indonesia Coal Resources, PT Antam Resourcindo, PT Mega Citra Utama, dan PT Abuki Jaya Stainless Indonesia.
Kemudian, hingga 31 Maret 2017, secara grup Antam juga memiliki wilayah eksplorasi dan eksploitasi yang tercakup dalam berbagai izin usaha pertambangan (IUP), sebelumnya disebut kuasa pertambangan, sekitar 40 wilayah.
Di antaranya berada di Parmonangan, Sipoholon dan Adiankoting, Tapanuli Utara, Sumatera Utara seluas 33.260 hektare (ha), Garoga, Tapanuli Utara, Sumatera Utara (6.492 ha), dan Bungbulang, Pakenjeng, Cisewu, Pamulihan, Garut, Jawa Barat (11.560 ha).
Lalu, Desa Talang Tembago, Merangin, Jambi (7.633 ha), Tayan, Sanggau, Kalimantan Barat (34.360 ha), Batu Kilat, Kolaka, Sulawesi Tenggara (878,20 ha), Sitallo, Kolaka, Sulawesi Tenggara (584,3 ha), dan Oxybil, Pegunungan Bintang, Papua (49.830 ha).
Reporter : HYN