Eksplorasi.id – Masuknya Rosneft menggantikan Saudi Aramco sebagai investor pembangunan kilang di Tuban, Jawa Timur, ternyata menyimpan cerita tersendiri.
Informasi yang dihimpun Eksplorasi.id, masuknya Rosneft menandakan kemenangan ‘Geng Solo’ melawan ‘Geng Jogja’ yang dibantu oleh ‘Geng Brebes’.
Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, ‘Geng Jogja’ diduga terdiri atas kakak beradik Ari Hernanto Soemarno dan Rini Mariani Soemarno yang dibantu Sudirman Said plus seseorang bernama Mustafa Kamil Thahir. Istilah ‘Geng Jogja’ bermula dari tempat kelahiran Ari Soemarno.
Perlu diketahui, Ari Soemarno lahir di Yogyakarta pada 14 Desember 1948, sementara Rini Soemarno lahir di Maryland, Amerika Serikat pada 9 Juni 1958.
Sedangkan istilah ‘Geng Brebes muncul ketika Sudirman Said duduk sebagai menteri ESDM. Diketahui Sudirman Said lahir di Brebes pada 16 April 1963 dan memiliki kedekatan dengan Ari Soemarno.
“Saudi Aramco itu diduga dibawa oleh ‘Geng Jogja’ plus ‘Geng Brebes’ yang dikomandoi Ari Soemarno, dan dibelakang Aramco itu juga diduga ada kepentingan Amerika Serikat. Dulu, orang yang sangat dekat dengan Ari Soemarno itu diduga bernama Mustafa Kamil Thahir. Namun, kabar yang beredar, akhirnya Ari dan Kamil pecah kongsi lalu Kamil merapat ke ‘Geng Solo’,” kata sumber kepada Eksploasi.id di Jakarta, Jumat (20/5).
Informasi yang dihimpun Eksplorasi.id, sosok bernama Mustafa Kamil Thahir tersebut adalah pemilik dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang energi, kimia, properti, dan juga turut membidani lahirnya sekolah Al-Azhar Jatibening.
Dia juga merupakan pendiri dari perusahaan bernama Capitalrealm Enterprises Limited yang didirikan di British Virgin Islands. Pada medio 2007, dia juga pernah menjabat sebagai presiden direktur PT Aditya Nugraha Pratama (ANP) dan juga merupakan pendiri dari perusahaan tersebut.
Sumber menambahkan, sedangkan ‘Geng Solo’ diduga dikomandoi oleh pengusaha terkenal bernama KPH Salahuddin Setiawan Djodi Nur Hadiningrat atau lebih dikenal sebagai Setiawan Djodi. Dia lahir di di Solo, Jawa Tengah pada 12 Maret 1949.
“Diduga Setiawan Djodi bermitra dengan putra sulung Megawati Soekarnoputri yang bernama M Rizki Pratama alias Tatam. Ketika Kamil dan Ari Soemarno pecah kongsi, diduga Kamil lalu menjadi ‘operator’ dari ‘Geng Solo’ untuk memuluskan Pertamina menggandeng Rosneft,” ungkap sumber.
Padahal, lanjut sumber, dahulu Ari Soemarno sangat dekat dengan sosok pria bernama Kamil tersebut. “Bahkan, Ari Soemarno dan Kamil punya bisnis SPBE di Salatiga dan Kulon Progo. Namun saat ini SPBE tersebut sedang ditawarkan untuk dijual,” ujar sumber.
Sekedar informasi, Rosneft merupakan perusahaan migas asal Rusia yang didirikan pada 1993. Bermarkas di Moskwa, Rusia, perusahaan ini menjadi calon kuat mitra Pertamina dalam pembangunan kilang minyak menggusur posisi Saudi Aramco.
Baca juga: http://eksplorasi.id/investor-kilang-tuban-saudi-aramco-mundur-karena-tersinggung/
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun saat ini sedang mengadakan kunjungan ke Rusia. Di Rusia, selain bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, di sela kunjungannya Presiden Jokowi pun menerima jajaran pengusaha Rusia di Sochi, diantaranya Rosneft. Pertemuan berlangsung di Hotel Radisson Blu Congress di Sochi, Rusia, pada pukul 10.00 waktu setempat, Jumat (20/5).
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi ditemani Menteri BUMN Rini Soemarno, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto.
Sebelumnya, pada medio September 2015, Presiden Jokowi terlebih dahulu melakukan lawatan ke Arab Saudi. Di tengah badai pasir, Jumat (11/9/2015) malam, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Azis menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Bandara King Abdul Azis.
Hal itu sebenarnya jarang dilakukan oleh penguasa tertinggi di Arab Saudi tersebut. Penyambutan Raja Saudi Salman bin Abdul Azis di garbarata tersebut dilakukan sebagai pengganti dari penyambutan Presiden RI di bawah tangga pesawat yang tak bisa dilakukan akibat badai.
Selama di Arab Saudi, Raja Salman menyediakan tempat istirahat di Istana Raja Faisal di Jeddah yang khusus disediakan untuk Presiden Jokowi.
Konsulat Jenderal RI di Jeddah Dharmakirty Putra mengatakan, tidak semua kepala negara yang datang di Arab Saudi menginap di istana tersebut. Selama ini, Istana Raja Faisal lebih banyak dipakai pihak keluarga kerajaan.
Ketika di Arab Saudi kala itu, bahkan Presiden Jokowi berjanji akan memberikan kemudahan perizinan bagi perusahaan migas asal Arab Saudi, Aramco dalam membangun kilang di Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung, ketika itu Jokowi berhasil mengantongi komitmen investasi sebesar USD 10 miliar dari hasil pertemuannya dengan sejumlah pengusaha Arab Saudi pada Minggu (13/9/2015).
Menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat itu, Aramco tidak hanya berniat membangun kilang namun juga tangki timbun di Indonesia. Namun, kini niat Aramco menjadi mitra Pertamina akan kandas dan digantikan oleh Rosneft.
Secara terpisah, ketika diminta pendapatnya terkait rumor tersebut, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, kalau cerita ini benar adanya bisa jadi akan mengubah peta reshuffle kabinet yang konon kabarnya tidak akan lama lagi.
“Dan, ini membuktikan bahwa di sektor energi masih terjadi geng-gengan atau kelompok tertentu berhadapan dengan kelompok lainnya untuk mempermulus roda bisnis,” ujar dia kepada Eksplorasi.id ketika dihubungi melalui ponselnya.
Heriyono
Setuju comment Adian ok
Prioritas pembangunan untuk lapangan pekerjaan