Eksplorasi.id.Presiden Joko Widodo mengingatkan akan pentingnya pengembangan energi baru terbarukan seperti panas bumi, sinar matahari dan angin bagi masa depan Indonesia.
Presiden meminta Dewan Energi Nasional (DEN) mempercepat pengembangan energi baru terbarukan tersebut agar bisa membawa keuntungan sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
“Pengembangan energi baru terbarukan harus dipercepat lima kali lipat pada tahun 2025 sehingga bauran energi baru terbarukan mencapai 33 persen,” kata Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas mengenai pembahasan rencana umum energi nasional di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/6).
Jokowi mengatakan, sudah saatnya pengerjaan sektor energi dilakukan secara lebih komprehensif dan memiliki visi jangka panjang serta menjadi pedoman dalam melaksanakan komitmen energi nasional kedepan.
Harga minyak dunia yang saat ini tengah mengalami penurunan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membangun ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia.
“Kita tidak bisa lagi menunda program energi baru terbarukan,” tegas Presiden. Jokowi mengingatkan agar tak ada ego sektoral antarkementerian dan lembaga dalam upaya pengembangan energi baru terbrukan ini.
Seluruh lembaga dan kementerian terkait harus bahu membahu dan bekerjasama dengan baik. “Pengembangan teknologi baru terbarukan jadi komitmen kita bersama. Komitmen nasional kita,” ucap Jokowi.
Sementara itu, saat membuka rapat terbatas mengenai percepatan penyelesaian program pembangunan infrastruktur kelistrikan 35.000 Megawatt, Presiden Jokowi mengingatkan agar proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt diprioritaskan untuk daerah yang pasokan listriknya kurang memadai. Jokowi mengaku, sudah melihat kondisi di lapangan mengenai infrastruktur kelistrikan.
Masih banyak daerah yang kekurangan pasokan listrik, seperti di Bangka Beliitung, Aceh, Kalimantan Barat, Gorontalo, NTT dan Bali.
“Dari kunjungan itu saya tekankan bahwa untuk kelistrikan beri prioritas ke daerah yang kurang pasokannya,” kata Jokowi.
Berdasarkan tinjauan langsung itu, ternyata banyak proyek pembangkit listrik yang pembangunannya mangkrak.
“Kalau dihitung kira-kira ada 30-34 lokasi dan ini adalah uang yang sangat besar. Uang yang sangat banyak, triliunan, ini agar segera diselesaikan,” kata Jokowi.
Sebagai contoh, lanjut Presiden, di Kalimantan Barat ada proyek pembangkit listrik yang pengerjaannya sudah berhenti selama delapan tahun dan menghabiskan 1,5 Triliun rupiah.
Di Gorontalo juga ada pembangkit listrik yang dikerjakan sejak delapan tahun yang lalu namun baru selesai 47 persen.
Di Lombok, dari tiga proyek pembangkit listrik, hanya dua yang berjalan dan satu proyek berhenti pengerjaannya.
Eksplorasi | Antara | Dian