Eksplorasi.id – Lebaran Kedua 2016, masyarakat di Yogyakarta mengeluhkan sulitnya mencari gas elpiji 3 kilogram. Jika pun ada, harga gas melon tersebut melampaui HET atau mencapai Rp 24.000 per tabung.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) DI Yogyakarta, Budi Antono menengarai, kelangkaan gas 3 kg tersebut merupakan permaian pengecer, karena setiap memasuki Ramadan dan menuju Lebaran, kuota gas elpiji ditingkatkan hingga 10 persen.
Budi tidak menampik kalau kebutuhan gas memang meningkat, seiring dengan usaha dadakan yang dilakukan masyarakat pada bulan puasa.
Namun, menurutnya, meski dalam kondisi langka sekalipun, pangkalan dilarang menjual di atas harga HET.
“Stok sebenarnya masih aman. Dua hari ini, sudah kami tambah, bahkan masyarakat bisa membelinya di SPBU,” katanya.
Pihaknya menambah stok gas di sejumlah pangkalan hingga mencapai lebih dari 20 persen dari kuota harian.
Dikatakan Budi, PT Pertamina DIY telah menambah pasokan dan penambahan operasional pengisian di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dan tahun 2016 ini kebutuhan rata-rata harian telah ditambah 10 persen.
“Tahun lalu dengan total konsumsi sekitar 3.038 metrik ton setiap harinya, saat ini sudah ditambah 10 persen,” katanya.
Menurut Budi, pihaknya juga rutin melakukan pengawasan distribusi di tingkat pengepul atau agen gas. Menurutnya, stok di tingkat agen tidak bermasalah. Karena itu, Budi memperkirakan, kelangkaan gas 3 kg ini terjadi di tingkat pengecer.
“Saya mohon mayarakat yang harus membeli gas 3 kg dengan harga jauh melebihi HET, lapor ke kantor pemerintahan terdekat, karena ada sanksi yang tegas bagi pengecer yang memanfaatkan situasi,” ucapnya.
Dikatakan, kebutuhan akan gas 3 kg memang sangat dipengaruhi oleh munculnya Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dadakan di bulan puasa. Rata-rata industri makanan olahan menggunakan gas 3 kg yang sesungguhnya diperuntukkan bagi rumah tangga.
Eksplorasi | Aditya