Eksplorasi.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum bisa memastikan nilai investasi Blok Masela.
Alasannya, finalisasi nilai investasi pengembangan blok kaya gas di Laut Arafura itu masih menunggu hasil hitungan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).
Pelaksana tugas Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini SKK Migas dan operator Blok Masela yakni Inpex Corporation masih membahas nilai investasi dalam rencana pengembangan wilayah kerja (PoD). “Nilai investasi tepatnya berapa, kami tunggulah nanti di PoD-nya,” kata dia di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Selasa (13/9).
Namun, menurut Luhut, nilai investasi pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela ini di bawah US$ 22 miliar. Penyebabnya bukan penurunan harga minyak karena US$ 22 miliar itu sudah dihitung dengan asumsi hanya minyak yang rendah.
Penurunan nilai investasi tersebut karena efisiensi pos-pos yang tidak perlu, seperti biaya soal pipa, pengoperasian, risiko. Selain itu, lokasi pembangunan kilang juga hampir pasti. “Hitungan baru itu pasti di bawah US$ 22 miliar” kata Luhut.
Di samping itu, Luhut meminta agar SKK Migas mempercepat proses penyusunan PoD Lapangan Abadi, Blok Masela. Paling tidak PoD ini bisa selesai dalam waktu 8 bulan, karena jangka waktu setahun dinilai terlalu lama.
Sebelumnya, Luhut mengatakan, dana investasi Blok Masela bisa turun dari US$ 22 miliar menjadi US$ 15 miliar. Hal ini berdasarkan laporan Arcandra Tahar saat masih menjabat Menteri ESDM.
Menurut Luhut, angka investasi itu muncul ketika Arcandra bertemu dengan pihak Inpex. Pada pertemuan 5 Agustus lalu itu, Arcandra meminta Inpex menunjukkan struktur biaya proyek Blok Masela.
Setelah melihat dan mempelajari struktur tersebut, Arcandra mengoreksi beberapa poin dan menyodorkan perhitungan baru investasi sebesar US$ 15 miliar. “Angka-angka itu datang kembali, perubahan itu bukan dari Pak Candra. Pak Candra tanya ‘cost structure kamu gimana?’ Gitu. Ya mereka (Inpex) keluarin, dikoreksi Pak Candra, mereka iyakan, makanya itu dapat angka US$ 15 miliar,” kata Luhut, 18 Agustus lalu.
Menurut Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan, ada dua faktor utama yang mendorong penurunan nilai investasi Blok Masela. Pertama, rendahnya harga minyak dunia belakangan ini sehingga aktivitas eksplorasi dan produksi migas menjadi berkurang.
Efek lanjutannya, harga jasa penunjang migas turut menurun. “Kami lihat kini jasa penunjang over supply. Harganya penawarannya bisa relatif rendah,” kata dia.
Kedua, Muliawan mengatakan, faktor teknologi yang akan digunakan bisa menekan biaya investasi. SKK Migas sedang mengkaji penggunaan teknologi yang tepat untuk Blok Masela.
Ada beberapa opsi teknologi yang akan dipakai untuk mengembangkan Blok Masela. Salah satunya adalah menggunakan desain yang sudah pernah diterapkan untuk membangun kilang di darat. “Misalnya teknologi yang dipakai BP, itu bisa mempercepat,” ujar dia.
Sedangkan Andang Bachtiar, mantan Ketua Komite Eksplorasi Nasional (KEN) mengatakan, sampai saat ini tidak ada satu pun dari pihak Inpex yang membenarkan atau menyetujui anggaran pengembangannya bisa diturunkan dari US$ 22 miliar menjadi US$ 14 miliar.
Selain itu, sama sekali tidak ada pertemuan khusus antara Kementerian ESDM dan Inpex maupun SKK Migas yang membahas dan menyepakati penurunan anggaran investasi Blok Masela tersebut.
Sumber: Katadata