Eksplorasi.id – Glencore, tenyata memenangkan lima dari delapan tender pengadaan minyak mentah yang digelar Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina sejak Juli 2016.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh Eksplorasi.id, Glencore memenangkan tender pasokan minyak mentah sebanyak 3,35 juta barel dari 5,225 juta barel minyak mentah yang ditenderkan.
Rencananya, minyak yang tendernya dimenangkan oleh Glencore tersebut akan dipasok untuk kebutuhan kilang di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai (Lihat Tabel!).
Selain Glencore, tiga tender lainnya dimenangkan oleh Shell, Vitol, dan Statoil. Anehnya, dua dari lima tender yang dimenangkan Glencore adalah pasokan minyak dari Lapangan Mesla Sarir yang berasal dari Libya.
Selebihnya Glencore memasok minyak dari Lapangan Bonny Light (Nigeria), Nile Blend (Nigeria), dan A Seng (Cina). Sementara Shell, Vitol, dan Statoil masing-masing memasok minyak jenis Bonny Light (Nigeria), Kikeh (Malaysia), dan Snohvit (Norwegia).
Sebelumnya Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) berkomentar, tender yang digelar ISC dengan menyebut jenis minyak dinilai kurang tepat.
“Semestinya yang disebut spesifikasi teknis minyak saja secara lengkap. Artinya, kilang hanya bisa mengolah minyak mentah sesuai spesifikasi teknis minyak mentahnya, bukan berdasarkan nama minyaknya,” kata dia.
Jika hanya menyebut spesifikasi teknis minyak mentah, bukan berdasarkan nama jenis minyak, hal itu akan lebih menguntungkan pihak PT Pertamina (Persero).
“Tujuannya agar Pertamina tidak di bawah kendali trader yang memiliki akses khusus kepada national oil company (NOC) tertentu. Jika menyebut nama jenis minyak, tidak aneh jika hingga kini kita masih menemukan dominasi trader tertentu, sebut saja Glencore, yang kerap memenangkan banyak tender di ISC. Ini bisa juga diduga sebagai bentuk kolusi terselebung,” tegas dia.
Yusri berpendapat, mekanisme tender yang dilakukan ISC harus segera dibenahi secepatnya. Jika terlambat, imbuh dia, ISC akan bersifat bahkan lebih parah dibandingkan dengan Petral.
“Coba dilihat sejarah minyak Mesla Sarir misalnya. Minyak jenis ini kerap selalu coba dimasukkan sejak 2006. Minyak jenis ini selalu lolos karena ketika tender menyebut nama jenis minyaknya. Ini mesti segera diselidiki secara tuntas,” tegas dia.
Riset Eksplorasi.id menunjukkan, Glencore merupakan perusahaan yang didirikan oleh taipan kelahiran Belgia bernama Marc Rich pada 1974 yang berkantor pusat di Swiss.
Saat ini Glencore memiliki sejumlah unit bisnis, seperti pertambangan, energi, dan agrikultur. Pada 2015, Glencore sukses membukukan pendapatan hingga USD 170,497 miliar atau setara Rp 2.210,55 triliun (kurs Rp 12.965).
Perseroan juga sukses meraup operating income dan net income masing-masing sebesar USD 8,02 miliar (Rp 103,93 triliun) dan USD 8,1 miliar (Rp 105,2 triliun). Pada 2015, Glencore tercatat memiliki total jumlah karyawan yang tersebar dibeberapa negara hingga mencapai 110.378 orang.
Reporter : Diaz
Comments 1