Eksplorasi.id – Alih kelola Blok Mahakam yang saat ini dioperatori oleh Total E&P Indonesie saat ini telah tuntas prosesnya. Hal itu diungkap Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Dia mengungkapkan, kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC) Blok Mahakam telah diteken antara SKK Migas dengan PT Pertamina Hulu Mahakam, unit usaha PT Pertamina (Persero) pada 29 Desember 2015 dan akan berlaku efektif pada 1 Januari 2018.
Jonan menjelaskan, amandemen kontrak kerja sama (KKS) mesti dilakukan sebagai landasan pelaksanaan kegiatan dan memberikan kepastian hukum pada masa alih operasi wilayah kerja (WK) Blok Mahakam.
Menurut Jonan, amendemen dapat menjaga keberlangsungan produksi minyak dan gas bumi sekaligus memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan kegiatan pada masa alih operasi WK Mahakam dari kontraktor eksisting ke PT Pertamina (Persero).
“Adanya amendemen membuat Pertamina dapat melakukan investasi lebih awal, dan dapat menjaga produksi Blok Mahakam. Hal tersebut merupakan bentuk kepercayaan pemerintah terhadap Pertamina,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
Jonan berkomentar, amendemen KKS Blok Mahakam antara lain berkaitan dengan pembiayaan yang dapat dilakukan oleh Pertamina atas kegiatan operasi minyak dan gas bumi yang diperlukan sebelum tanggal efektif yang pelaksanaannya dilakukan oleh kontraktor eksisting.
Kemudian, biaya yang dikeluarkan oleh Pertamina tersebut masuk dalam biaya operasi yang pengembaliannya dilakukan setelah tanggal efektif.
Amendemen PSC ini dapat memberikan ruang kepada Pertamina yang berencana melakukan investasi pada 2017. Diharapkan pada 2018-2019, produksi gas bumi dari Blok Mahakam dapat dipertahankan sekitar 1,2 bscfd dan minyak sekitar 20 ribu bopd pada periode 2018-2019.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengatakan, perseroan tahun depan menyiapkan USD 1,5 miliar atau setara Rp 19,8 triliun untuk investasi di Blok Mahakam. Investasi dini itu untuk mempertahankan produksi migas di wilayah kerja tersebut sebelum beroperasi penuh pada 2018.
Baca juga :
“Diperkirakan investasi USD 1,5 miliar . Itu untuk produksi pasca 2017. Biaya investasi itu diperlukan untuk mempertahankan produksi migas dengan melakukan pengeboran dan perawatan di 19 sumur, dimulai triwulan kedua 2017,” katanya, Selasa (23/8).
Reporter : Diaz