Eksplorasi.id – Mantan anggota tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Fahmy Radhi mengaku sangat ironis melihat Kementerian ESDM menggunakan jasa konsultan asing untuk menentukan skema harga listrik panas bumi.
Dia mengatakan, digunakannya jasa konsultan asing dibanding konsultan anak negeri mengindikasikan bahwa para pengambil keputusan masih memiliki jiwa inlander mentality.
“Mental pejabat seperti merupakan suatu mental yang menganggap ‘londo’ (orang asing) lebih pintar dan superior dari pada pribumi (bangsa sendiri). Faktanya, anak negeri dalam banyak keahlian tidak kalah pintar dibanding orang asing,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger, Selasa (8/11).
Fahmy menjelaskan, berdasarkan pengalaman dirinya sebagai counterpart konsultan asing, sering kali di lapangan konsultan asing tidak memahami bidangnya, sehingga lebih banyak belajar dari anak negeri sebagai counterpart, terutama pada aspek spesifik Indonesia.
“Padahal standar gaji konsultan asing jauh lebih besar ketimbang gaji counterpart. Tidak hanya di sektor konsultan, tapi di sektor bidang lain juga terjadi. Karena inlander mentality pula,” jelas dia.
Dia juga mengambil contoh misalnya para pengambil keputusan rela memberikan hak pengelolaan lahan migas di negeri sendiri kepada kontraktor asing ketimbang diberikan kepada PT Pertamina (Persero).
Baca juga :
- Atur Skema Harga Panas Bumi, Pemerintah Sewa Konsultan dari Inggris dan Selandia Baru
- Pakai Jasa Konsultan Asing Tetapkan Harga Listrik Panas Bumi, ADPPI Kecam Pemerintah
Alasannya, lanjut dia, Pertamina dinilai tidak punya kemampuan finansial, teknologi dan SDM untuk mengelola lahan migas tersebut. “Padahal, Pertamina sudah membuktikan kemampuannya untuk mengelola lahan migas dengan hasil lebih baik, bahkan lahan gas di laut dalam sekalipun,” ujar dia.
Namun, lanjut Fahmy, para pengambil keputusan menutup sebelah mata atas peningkatan kemampuan Pertamina. Lantaran, mata dan hati mereka sudah tertutup rapat oleh mental terjajah tersebut. “Barangkali, program revolosi mental Presiden Jokowi salah satunya diarahkan untuk mengikis habis inlander mentality, alias mental dijajah,” katanya.
Reporter : Diaz