Eksplorasi.id – Posisi Dwi Soetjipto sebagai direktur utama PT Pertamina (Persero) diisukan akan digantikan oleh Ahmad Bambang yang kini menjabat sebagai direktur Pemasaran.
Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, masuknya nama Ahmad Bambang ke bursa pengganti Dwi Soetjipto dikarenakan konon adanya ‘campur tangan’ dari Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno.
“Publik tahu bahwa Rini Soemarno sangat ‘berkuasa’ terhadap BUMN yang ada di republik ini. Rencana pergantian Dwi oleh Ahmad Bambang kemungkinan terjadi sebelum adanya pergantian (reshuffle) kabinet. Kalau pun gagal sebelum reshuffle terjadi, kemungkinan akan dipaksakan usai reshuffle,” kata sumber di Jakarta, Senin (11/7).
Sumber menjelaskan, pergantian jajaran direksi Pertamina dilakukan sebelum reshuffle kabinet karena untuk mengantisipasi masuknya nama Dwi Soetjipto sebagai pengganti Rini Soemarno sebagai menteri BUMN.
“Kenapa kemudian nama Ahmad Bambang yang masuk, karena dia merupakan orang dari Ari Hernanto Soemarno yang merupakan kakak kandung dari Rini Soemarno. Publik mungkin banyak yang tidak tahu, tapi situasi di dalam Pertamina kini bisa dikatakan sudah tidak kondusif karena Ahmad Bambang konon sudah merasa bahwa dialah bakal pengganti Dwi Soetjipto karena ada dukungan dari Ari Soemarno,” jelas sumber.
Menurut sumber, secara etika publik, sebenarnya Ahmad Bambang sudah tidak layak menjadi direksi di Pertamina, apalagi jika dia dicalonkan menjadi direktur utama.
Sumber mencontohkan misalnya pada medio Mei 2015 di mana ketika itu mantan Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri bahkan meminta Ahmad Bambang dicopot karena terkait persoalan kebijakan yang salah dan fatal menyangkut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Saya minta satu aja, Ahmad Bambang itu diganti karena sudah berkali melakukan banyak kesalahan yang fatal. Karena Itu sudah keterlaluan,” ujar Faisal di Jakarta, Minggu (17/5/2015).
Kemudian, lanjut sumber, adanya temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Laporan Keuangan Pertamina tahun 2015 soal kelebihan pendapatan dari penjualan solar bersubsidi.
Versi BPK, kelebihan pendapatan disebabkan karena pemerintah menetapkan harga jual eceran solar bersubsidi lebih tinggi dari harga keekonomiannya. Sementara pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 1.000 per liter untuk bahan bakar jenis ini.
Kala itu, imbuh sumber, Ketua BPK Harry Azhar Aziz pernah berkomentar bahwa penetapan harga jual solar bersubsidi yang lebih tinggi dari harga dasar termasuk pajak membuat keuntungan Pertamina bertambah. Hal ini membuat Pertamina meraup keuntungan hingga Rp 3,1 triliun.
“Sampai saat ini, pemerintah masih belum menentukan status dana tersebut,” ujar Harry saat menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dalam Sidang Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/6).
Namun, pernyataan ketua BPK itu langsung dibantah oleh Ahmad Bambang. Dia pernah mengatakan, tidak ada kelebihan subsidi yang didapat Pertamina. Karena pemerintah telah menetapkan subsidi tetap. Kelebihan pendapatan yang dimaksud BPK merupakan keuntungan yang didapat Pertamina dari penjualan solar.
Sumber juga menyebutkan di bawah Ahmad Bambang kasus pencurian minyak Pertamina dengan skala besar terlihat marak. Misalnya ketika Ditpolair Polda Sumsel, Kamis (23/6) sekitar pukul 00.15 WIB, berhasil menggagalkan penyelundupan minyak illegal sebanyak 1.200 ton yang diangkut KMT Merlion 2 berbendera Saint Kitts and Navis di perairan Tanjung Kampeh Sei Sembilang Kabupaten Banyuasin.
Penyelundupan dilakukan dengan cara memindahkan minyak resmi milik Pertamina yang diangkut KMT Andhika Arsanti yang memuat minyak dari perairan Muntok Bangka-Belitong ke KMT Merlion Dua. Saat itu, di KMT Merlion 2 sudah memuat 600 ton dan ditambah lagi 600 ton yang sedang berlangsung, sehingga total ada 1.200 ton.
“Ini menandakan bahwa Ahmad Bambang gagal menjadi direktur Pemasaran. Menjadi aneh jika kemudian nama dia tiba-tiba muncul menggantikan posisi Dwi Soetjipto. Masih banyak orang benar dan hebat di Pertamina selain Ahmad Bambang kalau misalnya mau diambil dari jajaran direksi yang ada saat ini,” kata sumber.
Situs resmi Pertamina menyebutkan, Ahmad Bambang menjabat sebagai direktur Pemasaran Pertamina pada 28 November 2014 sampai sekarang berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No.SK-265/MBU/11/2014 tanggal 28 November 2014 dan SK No.Kpts-051/C00000/2014-S0.
Pria kelahiran 5 Juli 1962 ini merupakan lulusan Sarjana Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung (1986) dan Program Magister Manajemen Industri, Universitas Indonesia (1999). Perjalanan karirnya di Pertamina dimulai sejak 1989, dan dia pernah dipercaya memegang beberapa posisi strategis antara lain sebagai Deputi Direktur Distribusi (2007-2008), Senior Vice President CSS (2009-2010), Senior Vice President HR Development.
Eksplorasi | Heri
Comments 1