Eksplorasi.id – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa rencana impor gas yang dilontar Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan untuk menekan harga gas di industri bukan solusi jangka pendek.
Pendapat Airlangga, sebelum keran impor gas dibuka, pemerintah terlebih dahulu harus menyiapkan infrastruktur pendukungnya, seperti unit regasifikasi penampungan apung (Floating Storage Regasification Unit/ FSRU) yang berfungsi untuk menyimpan gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dari diimpor tersebut.
“Saya tidak masalah dengan opsi keran importasi gas. Kalau impor sebetulnya bagus saja. Tapi kalau impor itu harus menyediakan FSRU atau terminal atau tangki,” kata dia di Jakarta, Rabu (12/10).
Airlangga berpendapat,impor gas bisa menjadi solusi untuk harga gas dua hingga tahun mendatang. Namun yang dibutuhkan saat ini adalah solusi jangka pendek agar perintah Presiden Jokowi untuk menurunkan harga gas bisa dipenuhi dalam waktu dekat.
“Persoalan hari ini kami harapkan diselesaian hari ini bukan ditunggu hingga 2019. Karena ini kebutuhan yang urgent. Bapak Presiden dalam setiap kesempatan selalu mengatakan daya saing. Ini salah satu namanya soft infrasructure yang bisa langsung meningkatkan daya saing Indonesia,” jelas dia.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM berencana membuka keran impor gas sebagai solusi agar kalangan industri memeroleh harga gas murah, yakni di level USD 6 per MMBtu.
Menteri Luhut pernah berkomentar, gas tersebut rencananya akan diimpor dari Malaysia atau Brunei Darussalam. Jika gas diperoleh dari impor, imbuh dia, bisa saja lebih murah USD 3 hingga USD 4 per MMBtu dari harga gas di dalam negeri saat ini.
Reporter : Diaz