Eksplorasi.id – Aktivis Lingkungan Bengkulu mengingatkan pemerintah tentang bahaya polutan pembakaran batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap, sebab kandungan racun dalam polusi dapat menyebabkan kematian selain tidak ramah lingkungan.
“Polutan batu bara sangat berbahaya bagi manusia bahkan menyebabkan kematian dini, karena itu tidak ada alasan untuk membangun PLTU,” kata Direktur Yayasan Kanopi Bengkulu, Ali Akbar di Bengkulu,ditulis Sabtu (23/4).
Ia mengatakan salah satu poin yang didorong para aktivis lingkungan untuk memperingati Hari Bumi 2016 adalah penggunaan energi terbarukan dan menghentikan pemakaian energi fosil seperti minyak bumi dan batubara.
Hal itu juga menjadi sorotan para aktivis lingkungan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim di Paris, Prancis pada Desember 2015 bahwa bumi sudah saatnya meninggalkan energi kotor batubara dan minyak bumi.
“Kalau energi fosil ini tetap digunakan untuk sumber energi maka upaya menurunkan suhu bumi di bawah dua derajat celcius tidak akan tercapai,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian Universitas Harvard yang dirilis pada akhir 2015, kata Ali, polutan batubara mengandung senyawa kimia berbahaya antara lain Sulfur dioksida (SO2) yakni cairan tidak berwarna dengan bau yang menyengat dan mencekik leher.
Selanjutnya Nitorogen monoksida (NOx) yang dapat meningkatkan gas rumah kaca dan menangkap oksigen serta melemahkan kemampuan syaraf.
Polutan batubara lainnya yang disebutkan dalam penelitian itu yakni partikel sangat halus ditambah hujan asam, emisi logam berat seperti merkuri, arsenik, nikel, kromium dan timbal.
Dalam rilis itu juga dilaporkan bahwa polutan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara di Indonesia telah mengakibatkan 6.500 jiwa kematian prematur setiap tahun.
Jumlah tersebut dapat meningkat 15.700 jiwa per tahun jika pemerintah Indonesia meneruskan peluncuran rencana ambisius lebih dari seratus pembangkit listrik tenaga batubara yang baru.
Direktur Yayasan Genesis, Barlian menambahkan bahwa potensi energi terbarukan sangat besar namun belum digali dan dimanfaatkan optimal oleh pemerintah.
“Potensi panas bumi atau geotermal, panas matahari, angin, tenaga air bahkan gelombang sangat melimpah, tinggal lagi kemauan pemerintah,” ujarnya.
Sebelumnya PT Tenaga Listrik Indonesia yang merupakan kolaborasi dari perusahaan energi asal Cina, China Power, berencana membangun PLTU berdaya 200 MW di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Konstruksi pembangkit tersebut mulai dibangun pada 2017 dan ditargetkan beroperasi pada Februari 2020.
Eksplorasi | Epung