Eksplorasi.id – Industri pertambangan semakin tertekan akibat gejolak harga komoditas dunia. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga komoditas sepanjang 2015 telah anjlok hingga 40 persen.
Faktor tersebut mendorong tiga emiten yang bergerak di sektor pertambangan melakukan ‘debut’-nya di dunia industry property. Antara lain PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), dan PT Hanson International Tbk (MYRX). Untuk PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), melalui anak usaha perseroan, PT Ratu Prabu Tiga, konsentrasi menggarap proyek properti seperti apartemen mewah, perhotelan dan perkantoran di kawasan TB Simatupang. Proyek bernama Ratu Prabu Residence tersebut sudah dimulai pada tahun lalu dengan nilai investasinya mencapai US$ 150 juta.
Sementara itu, emiten tambang lainnya, PT Timah (Persero) Tbk (TINS) menargetkan pendapatan dari industri properti sebesar Rp 300 miliar-Rp 400 miliar. Dalam menjalankan proyek propertinya, BUMN pertambangan ini menggandeng beberapa perusahaan konstruksi BUMN seperti PT Adhi Karya (ADHI) dan PT Waskita Karya (WSKT).
Sedangkan, PT Hanson International Tbk (MYRX), setelah menjual anak usahanya yang tidak lagi produktif, melakukan perluasan usaha di bidang property melalui PT Mandiri Mega Jaya. Anak usaha MYRX ini membangun kawasan industri, permukiman, dan sejumlah proyek joint operation di bidang properti. Salah satu proyeknya ada di kawasan Maja, Banten.
Eksplorasi | Kompas | Aditya