• EKSPLORASI.ID
  • MONETER.ID
  • BANTEN.CO
Selasa, Juni 24, 2025
  • Login
EKSPLORASI.ID
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
EKSPLORASI.ID
No Result
View All Result
Home OPINI

Apakah Impor Gas Solusi Dalam Mengatasi Kekurangan Gas Mulai Tahun 2019?

by Eksplorasi.id
3 Maret 2017
in OPINI
0
Apakah Impor Gas Solusi Dalam Mengatasi Kekurangan Gas Mulai Tahun 2019?

Ilustrasi pipa gas. | Foto : Istimewa.

0
SHARES
95
VIEWS
Share on WhatsappShare on Facebook
Ilustrasi pipa gas | Foto: Istimewa
Ilustrasi pipa gas | Foto: Istimewa

Eksplorasi.id – Menurut prediksi DEN (Dewan Energi Nasional), Indonesia akan mengalami kekurangan gas mulai tahun 2019. Berapa banyak kekurangannya? Sebuah artikel di Jakarta Post tanggal 8 Februari 2017 yang ditulis oleh Fedina Sundaryani, mengindikasikan jumlah kekurangan gas diprediksi sebesar 500 mmcsfd di tahun 2019 dan akan terus berlangsung hingga mencapai kurang lebih 10,000 mmscfd di tahun 2030 akibat peningkatan kebutuhan dan penurunan produksi yang ada.

Ada dua acara untuk mengatasi kekurangan gas, yaitu, pertama impor dan kedua mengembangkan potensi gas di dalam negeri yang belum dikembangkan. Artikel ini ditulis untuk membandingkan antara dua solusi tersebut dan menunjukkan  bahwa solusi kedua adalah solusi yang paling lebih baik untuk Indonesia.

Solusi pertama adalah mengimpor gas, yang terlihat seperti solusi yang tepat, mengingat, kondisi-kondisi di bawah ini :

  1. Menurut Wood Mackenzie, prospek harga jual gas jangka panjang untuk energi di Indonesia ada di kisaran US$8 – US$10 per mmbtu (rata-rata US$9 per mmbtu) dibandingkan dengan harga gas di Malaysia dan Singapura yang berada di kisaran US$4 per mmbtu.
  2. Pertamina memperkirakan sekitar US$ 70 sampai dengan US$ 80 milyar dibutuhkan untuk mengembangkan infrastruktur gas sampai dengan tahun 2030 (Sundaryani, F., 2017, Risk of gas shortage haunts Indonesia, Jakarta Post).

Melihat kedua alasan tersebut diatas, sebagian besar orang akan dengan mudah menyimpulkan bahwa mengimpor gas adalah solusi yang tepat karena biaya untuk mengimpor gas dan harga gas itu sendiri lebih rendah dibandingkan harga gas di Indonesia. Sebagai tambahan, Pemerintah RI tidak perlu membangun infrastruktur yand membutuhkan biaya yang tinggi.

Dengan anggapan harga gas impor adalah US$4, pada kenyataannya pemerintah RI masih perlu membayar biaya re-gassing dan transportasi dari pemasok ke fasilitas re-gas. Lebih lagi, dalam jangka panjang, lebih banyak lagi fasilitas re-gas yang dibutuhkan untuk mengakomodasi gas impor yang terus masuk. Kesimpulannya, harga gas impor tidak akan lagi sebesar US$4 / mmbtu.

Kemudian, solusi kedua merupakan solusi yang terbaik bagi Indonesia. Argumentasi pertama yaitu harga. Harga rata-rata sebesar US$9 per mmbtu terdiri dari 2 komponen seperti, harga gas aktual pada well head (sekitar US$4) dan biaya transportasi gas dari well head ke pelanggan (sekitar US$5) yang dapat berbentuk FLNG atau jalur pipa gas.

Komponen pertama, harga pada well head, berdasarkan kontrak  PSC sebagian besar jatuh ke pemerintah Indonesia sebagai bagian pemerintah dan pajak.

Komponen kedua, biaya sekitar US$5 juga dapat memberikan keuntungan besar kepada masyarakat Indonesia karena proyek berada di Indonesia dan memiliki banyak dampak pengganda di Indonesia seperti contohnya pembukaan lapangan pekerjaan,  penggunaan barang local, dan berbagai layanan dalam negeri, daripada  mengirimkan modal ke luar negeri.

Argumen ke dua merupakan infrastruktur gas. Apakah pemerintah perlu mengeluarkan biaya sebesar 70 sampai 80 milyar dollar untuk membangun infrastuktur? Jawabannya adalah tidak, biaya pembangunan infrastruktur akan diambil dari proyek itu sendiri (US$5 per mmbtu) yang awal mulanya dibiaya oleh kontraktor.

Contoh nyata dapat diambil dari evaluasi komersial dari penemuan gas di East Natuna mengindikasikan bahwa harga gas impor harus kurang dari US$1.6 per mmbtu, jika tidak, gas impor tersebut akan menjadi negative bagi perekonomian Indonesia. Dalam contoh ini, 80% pendapatan akan menetap di Indonesia.

impor gas

Kesimpulannya, berdasarkan contoh diatas,  menurut pendapat saya, mengembangkan gas yang ada di Indonesia,  jelas merupakan cara yang tepat untuk mempersiapkan kekurangan gas di tahun 2019,  karena, Pertama, gas lokal memberikan keuntungan komersial yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia dibandingkan dengan gas impor.

Kedua,  apa yang disebut sebagai “biaya rendah” gas impor, ternyata merupakan nilai negatif bagi GDP Indonesia dibandingkan dengan biaya produksi gas lokal.

Ketiga, hal yang terpenting : sebuah negara yang mengembangkan potensi gas nya sendiri, dapat mengontrol nasibnya sendiri. Hal tersebut akan melindungi dari harga yang tinggi yang kemungkinan akan timbul dari mengimpor gas. Bila harga gas menjadi rendah, maka negara akan tetap memiliki pilihan untuk mengimpor gas sebagai pelengkap dari produksi domestik.

Penulis: 

Yusak Setiawan

Independent Consultant

Former Country Manager Murphy Indonesia

 

Tags: headlineimpor gasYusak Setiawan
Eksplorasi.id

Eksplorasi.id

Next Post
Ini Isi Surat Sudirman Said Terkait Perpanjangan Kontrak Freeport

Ini Isi Surat Sudirman Said Terkait Perpanjangan Kontrak Freeport

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recommended

Luhut Minta Pertamina Tingkatkan TKDN

Luhut Minta Pertamina Tingkatkan TKDN

9 tahun ago
Pertamina Turunkan Harga Bahan Bakar Umum Rp200 per Liter

Harga Pertamax Dan Pertalite Turun Lagi Rp 200/liter

9 tahun ago

Sering Dibaca

  • Potensi Uranium Indonesia 77 Ribu Ton, Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik 40 Tahun

    Potensi Uranium Indonesia 77 Ribu Ton, Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik 40 Tahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akademisi: ‘Holding’ Beda dengan Merger

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dinilai Merusak Lingkungan, Walhi Desak Pemerintah Setop Pengembangan PLTU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga Emas Masih Bisa Melonjak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PLN Icon Plus berkomitmen dukung transformasi energi hijau di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

RSS Moneter.id

  • Rilis Fitur Baru, PINTU Beri Kemudahan Menabung Puluhan Aset Kripto Sekaligus 23 Juni 2025
  • Liquiça Merayakan Penyelesaian Proyek Penguatan Kohesi Sosial yang Didanai Uni Eropa 23 Juni 2025
  • PLTP Ijen, Wujud Keseriusan PT SMI dalam Mendukung Pengembangan Potensi Panas Bumi 23 Juni 2025
  • Bank Indonesia Optimis Target Literasi dan Inklusi Ekonomi Syariah Tercapai Tahun Ini 21 Juni 2025
  • Danantara - RDIF Bentuk Dana Investasi Bersama Senilai Rp37,8 Triliun 21 Juni 2025
  • Milna Beri Ruang Kenyamanan dan Menyenangkan Untuk Si Kecil di PRJ 2025 20 Juni 2025
  • Wamendag : Bukan Hanyak Pada Pertumbuhan Ekonomi Saja, Perdagangan Harus Berpihak Pada Rakyat 20 Juni 2025
  • Menpar - Menaker Sepakat Kerja Sama Kembangkan SDM Sektor Pariwisata 20 Juni 2025
  • Per Mei 2025, Realisasi Belanja FLPP Rumah Subsidi Capai Rp12,59 Triliun 20 Juni 2025
  • ICDX Resmi Terdaftar Sebagai PUVA di Bawah Bank Indonesia 20 Juni 2025
EKSPLORASI.ID

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Navigate Site

  • REDAKSI
  • KETENTUAN LAYANAN
  • PEDOMAN SIBER
  • HUBUNGI KAMI

Follow Us

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In