Eksplorasi.id – Aparat penegak hukum seperti Ditjen Bea Cukai, Polri, KPK, BIN, hingga Kejaksaan Agung mesti mengawasi secara ketat keberadaan dua kapal yang mengangkut ‘minyak oplosan’ Sarir dan Mesla yang akan dipasok ke Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
Kedua kapal yang mengangkut minyak oplosan tersebut adalah MT Tataki dan MT Stavanger Blossom.
“Kedua kapal itu telah merapat ke pelabuhan di Dumai dan Balikpapan sekitar 19 September 2016,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman di Jakarta, Jumat (30/9).
Menurut Yusri, kedua kapal tersebut ketika sudah merapat ke pelabuhan kemudian ditolak oleh ISC Pertamina.
“Itupun setelah ramai di media massa. Kalau tidak pasti langsung dialirkan ke Kilang Dumai dan Balikpapan minyaknya,” tegas dia.
Dia menambahkan, dirinya baru saja mendapat informasi bahwa meskipun sudah ditolak masuk oleh ISC, namun diduga ada oknum pejabat Pertamina yang coba ‘memaksakan’ masuk minyak yang dibawa kedua kapal itu ke kilang milik Pertamina.
“Sebab, di dunia tidak ada mau yang menerima minyak jenis Sarir dan Mesla yang sudah dioplos tersebut, jadi akan dipaksakan masuk. Ini soal cuan dan hengki pengki oleh segelintir oknum pejabat Pertamina,” tegas dia.
Seperti diketahui, kedua kapal itu mengangkut minyak jenis Sarir dan Mesla dari Libya yang diorder Pertamina melalui Glencore, perusahaan yang berbasis di Swiss.
Minyak mentah tersebut rencananya akan dipasok sejumlah empat kargo untuk kebutuhan kilang Pertamina sebanyak 1,2 juta barel, dengan komposisi 70 persen minyak Sarir dan 30 persen minyak Mesla. Faktanya, yang datang minyak Sarir 30 persen dan Mesla 70 persen.
Padahal, ungkap Yusri, merujuk notifikasi Bill of Lading yang lebih awal diterima oleh ISC, semestinya sejak awal sebelum kapal bergerak dari Libya sudah bisa diperintahkan oleh ISC untuk dibatalkan, dan tidak merugikan ISC Pertamina dengan mencari minyak mentah pengganti di pasar bebas (spot) di mana bisa harganya lebih mahal sekitar USD 1 perbarel.
Diduga dengan komposisi yang terbalik antara minyak Sarir dengan minyak Mesla ada potensi selisih harganya sekitar USD 10 per barel, sehingga kalau minyak oplosan itu diterima oleh Pertamina, maka ada potensi kerugian sebesar USD 12 juta .
“Karena percampuran minyak mentah dari berbagai sumber adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kilang Pertamina, makanya kemudian dikenal dengan produk coktail Crude,” jelas Yusri.
Informasi yang dihimpun Eksplorasi.id, MT Stavanger Blossom adalah kapal tanker berbendera Norwegia dengan bobot gross tonnage 56.172 ton dan deadweight 105.641 ton.
Kapal itu memiliki dimensi panjang dan lebar sekitar 239,1meter i × 42,03 meter dengan tahun pembuatan pada 2007. Kapal tersebut dibuat oleh Sumitomo Heavy Industries, Yokosuka, Jepang.
Sementara, data spesifikasi MT Tataki, kapal berbendera Liberia itu memiliki bobot gross tonnage 85.362 ton dengan deadweight 149.992 ton. Kapal itu dibuat pada 2010 dengan dimensi panjang dan lebar 276,2 meter × 50,04 meter. Kapal itu dibuat oleh New Times Shipbuilding, Jingjiang, Cina.
Reporter : Diaz
Comments 1