Eksplorasi.id – PT Toba Bara Sejahtra Tbk, salah satu perusahaan produsen batubara, saat ini memiliki total aset sekitar USD 268,62 juta atau setara Rp 3, 57 triliun (kurs Rp 13.281).
Aset tersebut terdiri atas aset lancar USD 81,74 juta (Rp 1,1 triliun) dan aset tidak lancar USD 186,88 juta (Rp 2,48 triliun).
Hal itu terungkap dalam laporan keuangan interim konsolidasi perseroan per 30 Juni 2016 (tidak diaudit), yang dilansir Eksplorasi.id dari laman resmi perseroan, Kamis (1/9).
Aset tersebut menurun dibandingkan posisi per 31 Desember 2015 yang mencapai USD 282,37 juta (Rp 3,75 triliun).
Di satu sisi, perseroan juga memiliki total liabilitas alias utang yang harus dilunasi sebesar USD 111,83 juta (Rp 1,49 triliun).
Terdiri atas liabilitas jangka pendek USD 60,28 juta (Rp 800,54 miliar) dan liabilitas jangka panjang USD 51,55 juta (Rp 684,57 miliar).
Situs resmi perseroan juga mencatat, emiten berkode TOBA tersebut didirikan pada 3 Agustus 2007 dengan nama awal PT Buana Persada Gemilang.
Saat ini perseroan memiliki sejumlah anak usaha yang dimiliki sahamnya secara langsung, seperti PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU), PT Toba Bumi Energi (TBE), PT Perkebunan Kaltim Utama (PKU), PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).
Perseroan juga memiiliki anak usaha yang dimiliki tidak secara langsung, yakni PT Indomining (IM). ABN didirikan pada 2008 dan berdomisili Kalimantan Timur (Kaltim) dengan jenis usaha pertambangan batubara. TOBA memiliki 51 persen saham di ABN.
Kemudian di TMU, TOBA punya 99 persen saham. Perusahaan ini berdiri pada 2011 di Kaltim dengan jenis usaha pertambangan batubara. Lalu, TOBA juga memiliki 99 persen saham di TBE yang didirikan pada 2007 di Kaltim dengan jenis usaha investasi di bidang pertambangan.
Selanjutnya, di PKU yang berdiri pada 2011 di Kaltim, TOBA punya 90 saham di perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit ini. TOBA juga pemilik 60 persen saham di GLP yang berdomisi di Gorontalo yang bergerak di listrik.
TOBA pun punya saham secara tidak langsung melalui TBE di IM sebesar 99 persen. IM dirikan pada 2007 dan berdomisili di Kaltim dengan jenis usaha pertambangan batubara.
Saat ini pemegang saham TOBA terdiri atas PT Toba Sejahtra (71,79 persen), Bintang Bara BV (10 persen), PT Bara Makmur Abadi (6,25 persen), PT Sinergi Sukses Utama (5,10 persen), Roby Budi Prakoso (3,64 persen), Davit Togar Pandjaitan (0,75 persen), dan publik (2,47 persen).
Sementara, Toba Sejahtra sebagai induk usaha dari TOBA, adalah kelompok usaha milik swasta yang bergerak di bidang energi dan perkebunan. Perseroan dirikan pada 2004 oleh Jenderal (Purn) Luhut B Pandjaitan, yang memegang saham mayoritas, serta memiliki empat bisnis utama, yaitu batubara, minyak dan gas, pembangkit listrik, dan perkebunan.
Selain sejumlah perusahaan tersebut di atas, Toba Sejahtra juga pemilik saham mayoritas PT Kutai Energi, PT Energi Mineral Langgeng (EML), dan PT Pusaka Jaya Palu Power. Perseroan juga punya saham minoritas di PT Tritunggal Sentra Buana.
Khusus EML, perusahaan saat ini sedang dalam tahap eksplorasi di area seluas sekitar 4.567,34 m2 di Blok Madura Tenggara (South East Madura Block).
EML meneken kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC) di blok tersebut dengan BP Migas—sekarang SKK Migas—sejak 5 Mei 2009.
Total recoverable resources untuk blok ini diperkirakan sekitar 2 miliar barel minyak, 593 miliar cubic feet gas dan 36 MMBC kondensat. Selain itu, Toba Sejahtra juga telah terlibat dalam usaha patungan yang berfokus pada pemrosesan data seismik untuk proyek E & P.