Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) saat ini diketahui tengah berkonsentrasi membangun megaproyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang terdiri atas empat kilang.
Kilang yang akan dibangun perseroan tersebut adalah, Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, dan Balikpapan. Total investasi yang dibutuhkan untuk membangun empat kilang tersebut mencapai USD 16,8 miliar atau setara Rp 226,96 triliun (kurs Rp 13.509).
Rincian total investasi tersebut adalah, Kilang Cilacap membutuhkan investasi USD 4,5 miliar (Rp 60,79 triliun), Balongan USD 2,7 miliar (Rp 36,48 triliun), Dumai USD 4,3 miliar (Rp 58,1 triliun), dan Balikpapan USD 5,3 miliar (Rp 71,6 triliun).
Namun, investasi megaproyek tersebut akan diperoleh dari project financing (bonds) alias dengan dana utangan. Hal itu diakui oleh Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi.
Dia mengatakan, selain pendanaan dari internal perusahaan, perseroan mengupayakan dana dari project financing. “Saat ini masih dalam tahapan proses sounding kepada potensial sejumlah mitra Pertamina,” kata dia di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (1/12).
Sementara, situs resmi Pertamina mengungkapkan, berdasarkan rating peringkat utang yang dikeluarkan Moody’s per 17 Maret lalu, dengan tipe long-term issuer rating, peringkat utang perseroan berada di level Baa3 dengan outlook dalam kondisi stable.
Baca juga :
- Luar Biasa, Pertamina Miliki Utang Hingga Rp 337,35 Triliun
- Kinerja Pertamina, Rasio Utang Terhadap Aset Capai 58,92 Persen
- Fantastis, Kurun Tiga Tahun Pertamina Terbitkan Surat Utang Rp 213,91 Triliun
Di satu sisi, berdasarkan laporan keuangan Pertamina, hingga 30 Juni 2016, perusahaan migas pelat tersebut ‘hanya’ memiliki aset sebesar USD 46,95 miliar atau setara Rp 634,27 triliun. Total aset tersebut terdiri atas aset lancar USD 15,81 miliar (Rp 213,59) dan aset tidak lancar USD 31,14 miliar (Rp 420,69 triliun).
Kemudian, Pertamina hingga semester pertama 2016 juga memiliki utang yang mesti segera dibayar alias liabilitas sebesar USD 26,08 miliar atau setara Rp 352,33 triliun.
Utang tersebut terdiri atas utang jangka pendek USD 8,62 miliar (Rp 116,45 triliun) dan utang jangka panjang USD 17,47 miliar (Rp 236,01 triliun).
Reporter : HYN
Sangat disayangkan selalu Pertamina dibebani megaproyek yg belum tentu menguntungkan bagi Pertamina sendiri sbg entitas business yg bersaing secara global. Megaproyek refinery tersebut jika mau memproses minyak dari own Production Indonesia tdk cukup yg pada akhirnya minyak yg majority itu berasal Import yg juga additive nya juga Import. Hal ini sangat membebani PTM dan NKRI.