Eksplorasi.id – PT Chevron Pacific Indonesia dan Chevron Indonesia Company melalui unit usahanya, Chevron Geothermal Indonesia Ltd dan Chevron Geothermal Salak Ltd berniat melepas wilayah kerja (WK) dua panas bumi yang selama ini dioperasikannya.
Chevron Geothermal Indonesia Ltd mengelola Darajat dan Chevron Geothermal Salak Ltd mengoperasikan Salak. Operasi Darajat memasok uap panas bumi ke pembangkit yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 270 megawatt (MW).
PT PLN (Persero) pun berkeinginan mengakuisi dua aset panas bumi milik Chevron tersebut. Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan, alasan utama pihaknya ingin mengakuisisi adalah untuk menekan biaya pokok produksi (BPP) listrik dari panas bumi.
“Dengan menguasai hulu hingga hilir panas bumi, kami yakin biaya produksi listrik dari WK Darajat dan WK Salak yang saat ini sekitar USD 7 sen per kWh atau Rp 920 per kWh bisa diturunkan hingga di bawah Rp 800 per kWh,” kata dia dalam diskusi di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Jumat (21/10).
Suprateka menjelaskan, jika BPP listrik PLN lebih efisien, maka beban negara tentu berkurang karena subsidi listrik bisa dihemat. Dia menambahkan, tarif listrik untuk industri yang tidak disubsidi pun bisa lebih murah. “Ini bisa membuat daya saing industri dapat meningkat. Lalu masyarakat umum juga bisa menikmati tarif listrik yang lebih rendah,” ujar dia.
Menurut Suprateka, PLN membeli uap dari WK Drajat sebesar USD 4,82 sen per kWh, dan untuk listriknya USD 6,63 sen per kWh. Sementara untuk uap dari WK Salak, perusahaan setrum pelat merah itu membeli di level USD 5,99 sen per kWh dan listriknya USD 7,05 sen per kWh.
“Kalau bisa di bawah Rp 800 per kWh dan kami miliki pasti banyak yang bisa kami kurangi. Kalau kami dapat margin lebih besar, itu akan mengurangi subsidi,” jelas dia.
Suprateka berkomentar, dirinya sangat yakin PLN bisa mengelola WK Salak dan WK Darajat. Diketahui PLN sudah mengajukan penawaran secara lisan kepada Chevron, tapi belum menawar secara resmi.
Sekedar informasi, Chevron adalah salah satu produsen energi panas bumi terbesar di dunia dan memiliki operasi yang besar di Indonesia. Seluruh listrik yang dihasilkan dari operasi Darajat dijual langsung ke perusahaan jaringan listrik nasional. Chevron memiliki 95 persen kepemilikan operasi di Darajat.
Kemudian, Chevron mengembangkan operasi Salak, salah satu operasi panas bumi terbesar di dunia. Lapangan ini memasok uap ke enam unit pembangkit listrik, tiga di antaranya merupakan milik perusahaan, dengan total kapasitas operasi mencapai 377 MW.
Hasil gabungan dari operasi panas bumi di Darajat dan Salak saat ini ditaksir mampu memproduksi energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar tiga juta rumah di Indonesia.
Reporter : Diaz