Eksplorasi.id – Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, belum sanggup mengalokasikan dana pemeliharaan fasilitas penerangan jalan umum berteknologi tenaga matahari.
“Sejauh ini kita sudah uji coba ‘solar cell’ untuk beberapa titik di Kota Bekasi, tapi kendalanya di biaya pemeliharaannya yang cukup tinggi,” kata Kepala Dinas Pertamanan, Pemakaman dan Penerangan Jalan Umum (DP3JU) Kota Bekasi, Karto di Bekasi, Minggu.
Dia mengatakan, teknologi PJU dengan menggunakan tenaga matahari atau solar cell belum menjadi teknologi tepat guna untuk Kota Bekasi dikarenakan biaya pemeliharaan yang mahal.
Menurut Karto, teknologi tenaga matahari yang telah diterapkan di Kota Bekasi hampir seluruhnya bermasalah terhadap komponennya yang gampang rusak.
“Yang terjadi di lapangan saat ini, dari lima puluh titik lampu yang diujicobakan, sebanyak delapan puluh persennya bermasalah,” katanya.
Menurut dia, gangguan terbanyak adalah komponen cell yang lambat menyerap cahaya karena tertutup debu jalanan.
“Akibatnya daya serap sinar matahari terganggu dan mengurai suplai listrik ke aki. Dampaknya aki yang tidak terpakai akan rusak kalau tidak digunakan,” katanya.
Karto menyebutkan, harga penggantian aki untuk tenaga matahari di pasaran saat ini mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta per unit.
“Itu baru kalau cell rusak, belum lagi kalau kendala di lampunya. Itu biaya per unitnya juga mahal,” katanya.
Dikatakan Karto, penanganan terhadap PJU bertenaga matahari yang rusak hanya dilakukan dengan mengembalikan jaringan instalasinya kepada pasokan listrik secara konvensional.
“Untuk kelima puluh titik percobaan tenaga matahari itu, akan dilakukan penggantian untuk kembali ke listrik jaringan,” katanya.
Eksplorasi | aditya | antara