Eksplorasi.id – Berdasarkan publikasi harga crude oil Brent per barel, posisi sejak Januari hingga Maret 2020 adalah USD 63,65, USD 55,66, dan anjlok di level USD 30,13.
Sementara, publikasi produk kilang MOPS per barel sejak Januari hingga Maret 2020, yakni USD 69,00, USD 62,23, serta juga jeblok ke angka USD 34,94.
“Harga crude oil Brent dan produk kilang MOPS mengalami tren penurunan yang pararel, di mana selisih MOPS terhadap Brent masih positif sekitar kurang lebih USD 5,00 per barel yang merupakan biaya refinery, profit kilang dan trading,” kata mantan wakil ketua Komisi VI DPR Inas N Zubir kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger, Sabtu (18/4).
Dia mengungkapkan, namun pada pertengahan April 2020 terjadi anomali di mana harga crude oil Brent USD 30,12 jauh lebih tinggi ketimbang MOPS USD 23,65 di mana selisih MOPS terhadap Brent malahan terbalik, yakni negatif USD 6,47.
“Bahkan sebelumnya sempat terjadi selisih MOPS terhadap Brent menyentuh di angka negatif USD 11,00, yang berarti baik kilang maupun trader menjual dengan kerugian yang cukup dalam yang diakibatkan menurunnya permintaan dunia terhadap produk kilang, yang disebabkan oleh pandemi Covid-19,” jelas politisi dari Partai Hanura, ini.
Komentar Inas, menurunnya komsumsi dunia yang begitu tajam terhadap produk kilang menyebabkan terminal oil storage yang disewa oleh oil trader umumnya full capacity. Kondisi ini akan menjadi beban biaya yang semakin lama semakin besar bagi trader.
Inas lalu mempertanyakan apakah PT Pertamina (Persero) mampu memanfaatkan kondisi anomali tersebut. Pasalnya, lanjut dia, di market sangat santer informasi adanya aksi borong oleh Cina yang memanfaatkan anomali tersebut yang kemudian menyebabkan bumping up-nya MOPS terhadap Brent dari negatif USD 11,00 menjadi USD 6,47 per barel.
“Pertamina jangan hanya disibukan oleh Covid-19 apalagi hanya persoalan diskon BBM bagi kalangan tertentu, tapi juga harus berfikir untuk tiga sampai enam bulan ke depan dengan memanfaatkan situasi market,” ucap dia.
Reporter : Sam