Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) berencana melakukan kerja sama dengan National Iranian Oil Company (NIOC), BUMN perminyakan milik Iran, untuk mengelola blok migas di negeri para mullah itu.
Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Pertamina dengan NIOC sebelumnya dijadwalkan diteken sebelum lebaran. Namun, penandatanganan MoU tertunda dan belum dilakukan sampai hari ini.
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam, mengatakan bahwa Pertamina masih menunggu jadwal dari pihak NIOC. MoU rencananya diteken langsung oleh direktur utama kedua perusahaan. Ditargetkan MoU bisa tercapai di Juli 2016 ini.
“Untuk penandatanganan MoU, kita sedang menunggu jadwal dari CEO (Chief Executive Officer) NIOC. Mudah-mudahan bisa kita realisasikan dalam bulan ini,” kata Alam.
Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, mengungkapkan bahwa kerja sama ini merupakan kelanjutan dari perjanjian pendahuluan yang sudah ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Iran.
“Kerja sama G to G (Government to Government) kan sudah. Nah sekarang ekornya, urutannya kerja sama perusahaan ke perusahaan,” kata Wiratmaja, beberapa waktu lalu.
Cadangan minyak di Indonesia sudah semakin menipis, yang terbukti (proven reserve) tinggal 3,7 miliar barel, sementara konsumsi yang sekarang sudah 300 juta barel per tahun terus meningkat.
Untuk mengamankan pasokan minyak di dalam negeri dan menjaga ketahanan energi nasional, PT Pertamina (Persero) sebagai satu-satunya BUMN perminyakan harus mengakuisisi blok-blok migas di luar negeri.
Menurut Wiratmaja, cadangan minyak dan gas bumi (migas) dari blok yang akan dikelola Pertamina di Iran relatif besar. “Cadangannya besar karena ini sudah aksi korporasi, mereka (Pertamina) yang lebih tahu,” ucapnya.
Saat ini Pertamina sudah ‘ngebor’ minyak di Aljazair, Irak, dan Malaysia. Beberapa negara di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat tengah dijajaki. Di Rusia, ada rencana kerja sama dengan Rosneft untuk mengelola blok migas.
Pertamina menargetkan bisa meningkatkan produksi minyak mentah dari saat ini sekitar 300.000 barel per hari (bph) menjadi 943.000 bph pada 2030. Dari produksi 943.000 bph di 2030 tersebut, 337.000 bph akan berasal dari sumur-sumur minyak di luar negeri.
Eksplorasi | Aditya