Eksplorasi.id – PT Pertamina dalam waktu dekat membutuhkan dana sekitar USD 40 miliar atau setara Rp 519,8 triliun (kurs Rp 12.994).

Dana itu dibutuhkan untuk menjalankan empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan dua Grass Root Refinery (GRR). Pernyataan tersebut dilontarkan Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja.
Selain itu, kata Wiratmaja, Pertamina juga membutuhkan dana untuk investasi di hulu migas. “Misalnya untuk Blok Mahakam. Pertamina butuh sekitar USD 2 miliar (Rp 25,99 triliun) per tahun,” kata dia di Jakarta, Selasa (1/11).
Menurut Wiratmaja, Kementerian ESDM berkepentingan agar cadangan migas nasional ke depannya bisa dikuasakan kepada Pertamina. “Aset hulu kita besar sekali. Kalau bisa jadi leverage, misalkan diserahkan ke Pertamina, mereka bisa menggunakanuntuk meminjam dana bangun kilang dan sebagainya,” jelas dia.
Dia menjelaskan, sejumlah negara telah melakukan cara tersebut untuk membesarkan BUMN perminyakan mereka. “Misalnya di Malaysia, Petronas punya modal yang kuat dan kemampuan investasi yang besar berkat penguasaan cadangan migas nasional,” ujar dia.
“Beberapa negara menggunakan aset migasnya sebagai leverage untuk NOC-nya. Itu yang membuat NOC cepat besar kalau dikelola dengan baik. Contohnya Malaysia, aset migas Malaysia untuk leverage Petronas jadi cepat sekali berkembang,” kata Wirat, usai menghadiri Rakernas Kadin Bidang Energi dan Migas di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (1/11/2016).
Wiratmaja menambahkan, jika Indonesia melakukan hal yang sama dengan Malaysia, bukan tidak mungkin Pertamina bisa menyaingi Petronas. “Asalkan modal yang diperoleh dengan menjaminkan cadangan migas nasional dikelola dengan baik,” katanya.
Reporter : Ponco S