Eksplorasi.id – Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) mencurigai ada yang salah dan janggal dalam pola bisnis yang diterapkan PT Pertamina (Persero) di Integrated Supply Chain (ISC). Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman mencontohkan masih tingginya pola impor untuk BBM jenis premium RON 88.
“Adanya produksi premium dari kilang TPPI di Tuban dan RCC Cilacap, dengan kisaran produksi 2,4 juta hingga 2,6 juta barel per bulan, semestinya impor bisa turun 40 persen. Anehnya, misalnya di area Jawa Timut impor premium RON 88 masih tetap dominan,” kata dia kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Kamis (12/5).
Yusri menambahkan, setelah Pertamina Energy Tranding Limited (Petral) dan Pertamina Energy Service Pte Ltd (PES) dibekukan, maka semua model bisnis di ISC bisa di katakan tidak masuk akal.
“Contohnya, ISC yang merencanakan pembelian, ISC yang gelar tender, lalu ISC yang evaluasi sendiri lalu ISC pula yang langsung mengeksekusi. Ini benar-benar aneh, tidak ada lembaga lain yang mengontrolnya. Ini manajemen acak kadut,” jelas Yusri.
Heri