Eksplorasi.id – Meski harga minyak dunia tak lagi terjun bebas, perusahaan penyedia layanan ladang minyak Weatherford International masih dalam suasana krisis.
Dalam sepekan, saham Weatherford terperosok 29 persen. Dikutip dari CNNMoney, pergerakan saham Weatherford dalam sepekan tersebut merupakan yang terbesar sejak krisis finansial 2008 lalu.
Sebagai salah satu perusahaan penyedia layanan ladang minyak terbesar dunia, Weatherford menjual perlengkapan dan layanan kepada perusahaan penambang minyak.
Banyak di antara perusahaan klien Weatherford menghentikan atau secara drastis memperlambat aktivitas mereka.
Sebab, harga minyak dunia jatuh sehingga mereka sulit meraup laba.
Aksi jual saham Weatherford secara besar-besaran ini dipicu oleh kerugian perseroan pada kuartal I 2016 yang lebih besar dari perkiraan.
Weatherford mengalami rugi 105 juta dollar AS dan pendapatannya anjlok 43 persen pada kuartal I 2016.
“Kebrutalan dan panjangnya siklus ke bawah ini telah mengubah industri secara keseluruhan,” kata CEO Weatherford Bernard Ducor-Danner.
Tidak hanya mencatat kinerja keuangan yang buruk, Weatherford terlilit utang setidaknya 7 miliar dollar A.
Perusahaan itu juga harus membayar obligasi, yang jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan.
Para analis memprediksi, kombinasi masalah ini dapat membuat Weatherford menjual aset, melakukan pembiayaan kembali terhadap utang, atau menjual saham.
Weatherford pun telah melakukan serangkaian upaya untuk memperbaiki posisi keuangan.
Perseroan sudah memangkas 4.000 karyawan dan berencana kembali memangkas 2.000 karyawan untuk menghemat 300 juta dollar AS dalam setahun.
Weatherford juga sudah memangkas rencana belanja modal hingga 63 persen dan memeroleh 630 juta dollar AS dari penawaran saham.
Weatherford pun berencana menutup 9 pabrik dan lusinan fasilitas lainnya.
Eksplorasi | Aditya