
Eksplorasi.id – Demo Serikat Pekerja Kilang Cilacap menolak kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan migas asal Arab Saudi, Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco), dinilai wajar.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas Nasrullah Zubir kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger, Rabu (28/12).
Inas mengatakan, Saudi Aramco telah menandatangani investasi dalam RDMP di Kilang Cilacap senilai USD 5 miliar. Namun, lanjut dia, hanya menghasilkan naiknya kapasitas kilang dari 350 MBCD menjadi 400 MBCD.
“Ironinya, nilai investasi tersebut harus dikompensasikan dalam bentuk divestasi Kilang Cilacap 45 persen kepada Saudi Aramco dan 55 persen Pertamina,” kata dia.
Penjelasan Inas, investasi Saudi Aramco tersebut lebih kepada unit desulfurisasi, agar Kilang Cilacap mampu memproses minyak mentah yang memiliki sulfur konten tinggi, yakni di atas 5000 PPM.
Dia menambahkan, padahal Pertamina baru saja meningkatkan kemampuan Kilang Cilacap dari Hydro Cracker menjadi RCC, yakni unit penghasil HOMC, yakni komponen untuk menaikan RON gasoline, selain itu juga sedang berjalan pembangunan unit PLBC (Program Langit Biru Cilacap).
“Lebih parah lagi, Saudi Aramco semakin serakah, yakni meminta Pertamina membeli produk Kilang Cilacap dengan harga IPP (Import Parity Price). Tidak heran kalau Serikat Pekerja Kilang Cilacap melakukan demo,” tegas dia.
Reporter : Samsul