Eksplorasi.id – Pemerintah perlu memaksimalkan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk mengatasi krisis energi listrik yang terjadi di Tanah Air.
Sekretaris Komisi D DPRD Sumatera Utara HM Nezar Djoeli di Medan, Sabtu, mengatakan pihaknya menghargai upaya penghematan yang disosialisasikan pemerintah baru-baru ini.
“Namun penghematan bukan menjadi solusi terbaik, karena permasalahan terletak pada krisis energi,” katanya.
Menurut dia, untuk merealisasikan bangsa yang berdaulat di bidang energi, seharusnya pemerintah segera memaksimalkan seluruh potensi energi yang ada.
Sayangnya, pejabat pemerintahan dan pemangku kepentingan di bidang energi lebih memilih penghematan yang justru akan menunda realisasi kedaulatan energi.
Dari pengamatan selama ini, cukup banyak potensi energi yang tersedia, tetapi tidak dimaksimalkan atau tidak dicarikan solusi untuk mengatasi kendala yang ada.
Ia mencontohkan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 di Provinsi Sumatera Utara yang sekian tahun tidak mengalami kemajuan.
Pemangku kepentingan di bidang energi sepertinya “pasrah” dengan pembebasan lahan sekitar 30 hektare dari 280 hektare yang direncanakan.
Padahal, PT PLN (Persero) sudah menenderkan pengerjaan proyek tersebut ke pihak ketiga dari Jepang yang siap melaksanakan pembangunannya.
“Kenapa Kementerian ESDM dan PLN melalaikan kondisi ini dan justru lebih memilih penghematan energi,” katanya.
Politisi Partai Nasdem itu menilai, “penelantaran” PLTA Asahan 3 memperkuat asumsi bahwa proyek PLTA yang menggunakan air sengaja diabaikan karena tidak memberikan pemasukan bagi pejabat PLN.
“Beda dengan PLTG atau PLTU yang bisa menjadi proyek melalui pengadaan batubara,” katanya.
Ia berharap pemangku kepentingan di bidang energi dapat belajar dari Jepang dan Korea yang mampu mencari solusi atas pertumbuhan kebutuhan energi rakyatnya.
Pemangku kepentingan di bidang energi di dua negara itu bukan “menyerah” dengan mengimbau penghematan energi, melainkan mencari solusi atas kendala produksi sehingga mampu menghasilkan listrik sebanyak-banyaknya.
“Yang menjadi masalah bukan penggunaan, tetapi produksi, toh pengusaha mampu membayar kok,” katanya.
Eksplorasi | aditya | Antara