Eksplorasi.id – Berdasarkan pantauan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur, pada triwulan I tahun 2016 pertumbuhan konsumsi batu bara domesik atau “Domestic Market Obligation (DMO)” di Kaltim mengalami peningkatan sebesar 8,6 persen.
“Ada peningkatan konsumsi batu bara 8,6 persen jika dibandingkan dengan triwulan 1V/ 2015 yang terkontraksi minus 1,0 persen,” ujar Deputi Kepala BI Provinsi Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Minggu.
Meningkatnya konsumsi karena ekspor batu bara dari Kaltim juga meningkat ketimbang triwulan sebelumnya, namun peningkatan ekspor ini hanya pada tujuan ke India, sedangkan ekspor ke sejumlah negara lainnya seperti yang terjadi di tahun sebelumnya justru menurun, bahkan ada negara yang tidak lagi mengimpor batu bara dari Kaltim.
Dikatakan, peningkatan ekspor ke India belum sebanding dengan terjun bebasnya jumlah ekspor batu bara dari Kaltim ke Tiongkok akibat pergerakan ekonomi di negara itu juga sedang turun.
Di sisi lain, serapan pasar domestik terhadap batu bara dari Kaltim juga belum baik sehingga kondisi ini menyebabkan subsektor batu bara di Kaltim belum bisa tumbuh menguat seperti tahun-tahun sebelumnya, walaupun saat ini konsumsinya mulai menguat.
Menurutnya, serapan produksi batu bara Kaltim di pasar domestik yang belum berjalan baik karena masih belum selesainya sejumlah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia, sehingga masih 10-15 persen pembangkit listrik menggunakan tenaga uap, selebihnya masih mengandalkan tenaga diesel.
Hal inilah yang kemudian membuat batu bara Kaltim masih lebih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah ke luar negeri, meskipun harga di pasar dunia sedang turun.
Hal lainnya adalah pengusaha batu bara lebih memilih menjual batu bara ke pasar global ketimbang dalam negeri, karena harga yang ditawarkan di dalam negeri masih lebih rendah ketimbang harga di pasar global.
Terkait dengan harga batu bara saat ini, ia mengatakan pada triwulan I 2016 rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) nasional tercatat senilai 51,9 Dolar AS per metrik ton, atau terkoreksi minus 19,9 persen ketimbang triwulan yang sama 2015 yang masih senlai 64,8 Dolar AS per metrik ton.
“Menurunnya HBA nasional ini sejalan dengan pergerakan harga batu bara internasional yang juga terkoreksi minus 19,6 persen (yoy) pada triwulan I 2016,” kata Harry Aginta.
Eksplorasi | Aditya | Antara