Eksplorasi.id – Elia Massa Manik, direktur utama (dirut) PT Pertamina (Persero), dikabarkan dalam waktu dekat akan segera dicopot. Sejumlah nama calon yang akan menggantikan posisinya pun bermunculan.
Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, setidaknya ada tiga nama yang berpeluang menggantikan Massa Manik sebagai orang nomor satu di Pertamina.
Pertama, Nicke Widyawati yang kini duduk sebagai direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan plt direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina.
Kedua, Syamsu Alam yang saat ini menjabat direktur Hulu Pertamina. Ketiga, Hanung Budya Yuktyanta, mantan direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina.
“Kabar yang beredar, meskipun belum tentu kebenarannya, ketiga nama itu mendapat backup dari sejumlah politisi,” kata sumber di Jakarta, Minggu (25/3).
Misalnya, lanjut sumber, Nicke Widyawati didukung oleh Hasto Kristiyanto yang merupakan sekretaris jenderal PDI Perjuangan.
“Sementara Syamsu Alam mendapat dukungan dari politisi PDI Perjuangan lainnya, yakni Pramono Anung Wibowo, yang juga menjabat sebagai sekretaris kabinet,” ungkap sumber.
Sedangkan nama Hanung Budya digadang-gadang masuk bursa calon dirut Pertamina melalui pria yang mengaku kolega Wakil Presiden Jusuf Kalla.
“Dari ketiga nama itu, yang berpeluang besar menggantikan Massa Manik adalah Nicke. Jika itu benar, maka Nicke menjadi perempuan kedua yang akan memimpin Pertamina setelah Galaila Karen Agustiawan,” jelas sumber.
Eksplorasi.id belum mengkonfirmasi kepada sejumlah nama seperti yang disebutkan di atas, baik dari pihak Hasto Kristiyanto, Pramono Anung, Nicke Widyawati, Syamsu Alam, dan Hanung Budya.
Kabar beredarnya akan dicopotnya Massa Manik karena adanya perseteruan dengan Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno. Perseteruan tersebut semakin memuncak setelah Kementerian BUMN mengubah nomenklatur susunan direksi Pertamina.
“Sepertinya Massa Manik tidak terima adanya perubahan nomenklatur. Bahkan beredar kabar juga dia akan mengundurkan diri, bukan dicopot,” ujar sumber.
Sumber berkomentar, masalah yang terjadi di Pertamina saat ini tidak terjadi di BUMN lain. Kenapa? Karena terjalin komunikasi yang tidak baik antara dirut dengan Kementerian BUMN, dalam hal ini menteri BUMN selaku pemegang saham dan deputi yang bertanggung jawab selaku pembinanya.
“Kalau dirutnya merasa lebih hebat dari menteri apalagi dari deputi Kementerian BUMN, bagaimana bisa terjalin komunikasi yang baik. Apalagi jika dirut merasa sebagai orang kepercayaan presiden serta di-backup oleh beberapa menteri lain serta partai yang berkuasa,” ucap sumber.
Jadi, imbuh sumber, kuncinya adalah komunikasi. Semua persoalan akan berakhir baik jika terjadi dialog yang konstruktif akibat komunikasi yang baik.
Penjelasan sumber, dari sekian ratus direksi BUMN yang terjadi anomali itu hanya satu orang, yakni Massa Manik.
“Ini pelajaran juga bagi presiden untuk tidak mudah dapat bisikan dari orang sekitarnya, di mana akhirnya memasukan kandidat jadi dirut BUMN terbesar dengan pola yang sedikit menyimpang,” jelasnya.
Selain ketiga nama tersebut, lanjut sumber, nama Dwi Soetjipto, mantan dirut Pertamina, juga berpeluang menggantikan posisi Massa Manik.
“Banyak yang mengatakan bahwa Dwi Soetjipto hingga kini tidak rela posisinya digantikan oleh Massa Manik, makanya dia berusaha kembali ke Pertamina. Tapi itu semua baru kabar angin,” kata sumber.
Sempat pula masuk nama Sofyan Basir yang kini duduk sebagai dirut PLN dan Ahmad Bambang, mantan wadirut Pertamina.
“Namun akhir-akhir ini kedua nama tersebut hilang tak terdengar lagi,” terang sumber.
Profil Calon
Sekedar informasi, Nicke Widyawati menjabat sebagai direktur SDM Pertamina sejak 27 November 2017. Dia lalu merangkap sebagai Plt direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina sejak 13 Februari 2018.
Sebelum di Pertamina, Nicke pernah berkarir sebagai direktur Pengadaan Strategis 1 PT PLN (Persero). Dia pun pernah menjabat direktur Bisnis PT Rekayasa Industri (Rekind) dan vice president Corporate Strategy Unit Rekind.
Kemudian Syamsu Alam. Dia menjabat sebagai direktur Hulu Pertamina sejak 8 Desember 2014 sampai sekarang.
Perjalanan karirnya dimulai sejak 1989 di Pertamina dan pernah dipercaya untuk memegang posisi direktur Eksplorasi dan Pengembangan di PT Pertamina EP (2008-2011), direktur utama PT Pertamina EP (2011-2013) dan senior vice president Exploration Pertamina (2013-Desember 2014).
Berikutnya Hanung Budya. Lahir pada 21 Februari 1959, Hanung mulai berkarir di Pertamina sejak 1984. Karirnya kemudian melesat ketika dia dipercaya sebagai presiden direktur anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Limited (Petral), pada 2004 disaat era Pertamina dipimpin oleh Widya Purnama.
Hanung kemudian menjabat sebagai deputi direktur Pemasaran dan Distribusi (2006-2007), deputi direktur Pemasaran (2007-2010), presiden direktur PT Badak NGL (2010-2012), dan pada 18 April 2012 diangkat sebagai direktur Pemasaran dan Niaga hingga 28 November 2014.
Hanung juga sempat tersandung skandal PT Orbit Terminal Merak, tempat Pertamina biasa menyimpan bahan bakar. Nama Hanung disebut dalam surat mantan Ketua DPR Setya Novanto, yang kini ditahan KPK, tertanggal 17 Oktober 2015 dengan kop surat DPR yang ditujukan kepada dirut Pertamina saat itu Dwi Soetjipto.
Lalu Dwi Soetjipto. Pada 28 November 2014 dia resmi menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri sebagai dirut Pertamina. Dwi kemudian dicopot dan digantikan Massa Manik pada 3 Februari 2017.
Dwi pernah berkarir disejumlah tempat, seperti dirut PT Semen Indonesia (2012-2014), dirut PT Semen Gresik (2005-2012), dirut PT Semen Padang (2003-2005), komisaris utama PT Igasar (1998-2003), dan direktur Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Semen Padang (1995-2003).
Reporter: HYN