Eksplorasi.id – Blok Masela adalah sebuah awal kisah bagi salah satu proyek eksplorasi gas terbesar di dunia. Pantas jika tarik ulur pengelolaannya menjadi polemik yang demikian hangat.
Keputusan bagi pengembangannya untuk dilakukan di lepas pantai (offshore) ataupun di land rig alias onshore laksana perdebatan yang nyaris tanpa ujung.
Namun, keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengembangkan proyek gas Masela di darat bukan lantas menjadi berita yang diidamkan oleh sebagian pihak.
Bahkan sempat kencang berhembus isu bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said akan mundur ketika Blok Masela diputuskan dikelola di darat. Meskipun isu tersebut kemudian dibantah langsung oleh yang bersangkutan.
Sejak awal Sudirman Said memang tak pernah sependapat dengan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramzli yang ingin agar pengelolaan Blok Masela dilakukan di darat.
Tetapi toh Presiden sudah memutuskan dengan berbagai pertimbangan bahwa pengelolaan Blok Masela dilakukan di darat dengan memperhatikan potensi pengembangan regional yang mungkin akan lebih besar terimbas pada waktu-waktu ke depan.
Sayangnya, hal itu bukan sepenuhnya kabar baik bagi investor Blok Masela dan mereka yang telah lama berkecimpung di dalamnya.
Inpex Masela Ltd yang telah mendapatkan hak untuk melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan kontrak Masela PSC pada 16 November 1998 bisa jadi tidak sepenuhnya bersuka cita atas keputusan Presiden.
Sumber di perusahaan itu menyatakan bahwa keputusan Presiden Jokowi terkait Blok Masela sedikit banyaknya melegakan karyawan yang kini nasibnya sedang di ambang lay off mengingat sektor migas yang sedang meredup prospeknya.
“Namun keputusan untuk onshore seperti membuang sia-sia apa yang sudah kami lakukan selama 17 tahun ini. Semua kajian harus diulang dan mulai lagi dari awal,” kata sumber tersebut.
Harapan untuk mewujudkan eksplorasi optimal proyek Blok Masela mulai 2018, pun terpaksa harus mundur sebagaimana yang disebutkan oleh Menteri ESDM Sudirman Said. “Uji Amdal saja perlu waktu sekitar lima tahun, jadi pasti mundur,” kata sumber itu.
Belum lagi menentukan pulau mana yang paling tepat untuk memulai proyek eksplorasi tersebut. Pada prinsipnya, dalam rentang penantian eksplorasi Blok Masela nantinya ada begitu banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.
Politik Masela
Blok Masela dengan luas area saat ini lebih kurang 4.291,35 km2 terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300 meter hingga 1000 meter.
Potensi gas yang terkandung di blok itu menjadikan Masela rawan dengan intervensi politik dan kepentingan. Pengamat Institute for Development and Economic Finance (Indef) Enny Srihartati menilai ada konflik kepentingan di Blok Masela.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan rencana pengembangan blok kaya gas alam tersebut sempat lambat diputuskan karena adanya tarik ulur bahkan di internal pemerintah.
“Kalau ini pertimbangannya adalah pertimbangan profesional, tidak ada conflict of interest, itu mudah dihitung karena kan ada datanya, tinggal mengadu data itu kan,” kata Enny.
Menurut Enny, persoalan utama Blok Masela bukan pada teknologi pengembangannya melainkan pada penguasaan blok gas terbesar di dunia tersebut.
“Jadi intinya adalah bagaimana kita mengelola sumber daya ini betul-betul dikuasai penguasaannya oleh pemerintah dulu,” katanya.
Sejatinya pantas jika Blok Masela rentan dengan konflik kepentingan mengingat potensi besarnya sebagai cadangan gas terbesar di dunia.
Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiam Rizal Ramli pernah memastikan, Indonesia bisa mengalahkan Qatar dalam pengelolaan gas jika Blok Masela sudah beroperasi.
Rizal menyebutkan, Blok Masela merupakan ladang gas abadi yang dimiliki oleh Indonesia dengan cadangan gasnya yang bisa bertahan selama 70 tahun ke depan. Pantas jika kemudian Presiden Jokowi terkesan lambat memutuskan.
“Ini adalah sebuah proyek jangka panjang, tidak hanya setahun, dua tahun, tidak hanya 10 tahun, 15 tahun tetapi proyek yang sangat panjang, yang menyangkut ratusan triliun rupiah,” kata Presiden Jokowi.
Masyarakat Menanti
Apapun sifatnya, apapun teknologinya, dan dimana pun pengelolaan Blok Masela dilakukan, masyarakat hanya berharap kesejahteraan darinya.
Blok Masela adalah milik bangsa Indonesia sehingga sesuai amanat UUD 1945, Negara berkewajiban untuk menguasainya untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kini janji Presiden Jokowi untuk memakmurkan rakyat melalui pengelolaan Blok Masela di darat sudah saatnya dipegang.
“Dari kalkulasi, dari perhitungan, dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah saya hitung, kita putuskan dibangun di darat. Dengan pertimbangan yang pertama, kita ingin ekonomi daerah juga ekonomi nasional itu terimbas adanya pembangunan Blok Masela,” katanya.
Presiden juga ingin pembangunan wilayah atau regional development juga terkena dampak dari pembangunan besar Proyek Masela.
Presiden sejak awal berharap bahwa pengembangan Blok Masela tak boleh hanya dilihat sebatas proyek saja. Tetapi, hal yang paling penting yakni kemanfaatan pengembangan lapangan gas tersebut khususnya bagi masyakarat Maluku.
Blok Masela juga diharapkan Gubernur Maluku Said Assagaff mampu menyejahterakan seluruh rakyat Maluku. Rakyat Maluku, ungkap Gubernur, sangat bangga memiliki Blok Masela yang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa dan konon menjadi yang terbesar di dunia.
Potensi alam di wilayah Maluku tersebut merupakan anugerah terindah dari Tuhan sang Pencipta bagi rakyat Maluku. “Kami sangat mensyukuri keberadaan Blok Masela. Itu hadiah yang diberikan Tuhan untuk kami di Maluku dan Indonesia. Semoga bermanfaat bagi masyarakat Maluku khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya,” katanya.
Selama rentang persiapan pengelolaan Blok Masela tersebut, masyarakat pun menanti kesejahteraan darinya.
Eksplorasi | Antara | Ponco