Eksplorasi.id – PT Adaro Energy Tbk mengaku tetap berhati-hati dalam mengembangkan bisnisnya meski harga batubara dunia mulai bergerak naik ke kisaran USD 60 per ton.
“Sekarang ada di kisaran USD 60 per ton. Harga batubara sudah ke titik terendah dan sekarang mulai rebound. Namun, diharapkan rebound-nya tidak terlalu kuat,” kata Direktur Keuangan Adaro Energy David Tendean di Jakarta, Selasa (2/8).
Menurut dia, jika harga batubara melonjak signifikan, maka berpotensi terjadi kelebihan pasokan (over supply) yang dapat mendorong harga kembali fluktuatif.
“Harga pada level USD 60 per ton sekarang sudah tepat. Kami juga bisa produksi secara stabil. Target produksi kami 52-54 juta ton tahun ini,” ujar dia.
Ia mengatakan, dari produk yang dihasilkan perseroan, telah terjadi kenaikan harga mencapai 20 persen sejak awal tahun sampai saat ini. Bagi Adaro, stabilnya harga batubara seperti saat ini membawa keuntungan, dengan begitu dapat juga fokus meningkatkan bisnis di luar produksi batubara terutama pembangkit listrik.
Saat ini, kontribusi laba bersih terhadap batubara sudah mencapai 50 persen dan sisanya dari bisnis lainnya yaitu logistik dan pembangkit listrik. Ke depan, Adaro menargetkan kontribusi batubara hanya sepertiga terhadap laba bersih. Sepertiga lainnya dari pembangkit listrik, dan sepertiganya sisanya dari logistik.
“Tambang batubara akan mendukung kebutuhan di powerplant dan logistik akan mendukung operasional tambang. Jadi ketiganya saling berkaitan,” kata David Tendean.
Eksplorasi | Ponco S