Eksplorasi.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) angkat bicara soal masalah harga gas di Sumatera Utara (Sumut) yang mencapai USD 13/MMbtu.
Kepala Divisi Humas SKK Migas, Taslim Yunus, mengungkapkan sebetulnya harga gas di hulu hanya USD 4,9/MMbtu. Hingga sampai di Arun, LNG (Liquified Natural Gas) Tangguh harganya masih USD 4,9/MMbtu.
Gas untuk Sumut memang berasal dari Lapangan Tangguh, Papua, yang berjarak 4.800 kilometer (km) dengan Terminal Penerimaan dan Regasifikasi Arun di Aceh. Lalu harus diolah menjadi LNG dulu dan dikapalkan ke Sumatera. Tetapi itu semua bukan penyebab mahalnya harga gas di Sumut.
“Rata-rata harga LNG Tangguh yang dikirim ke Arun sampai Juni ini USD 4,9/MMbtu. Itu sudah landed price sampai di Arun,” ujar Taslim, Rabu (24/8).
Harga LNG Tangguh untuk industri dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Belawan di Sumut dihitung dengan formulasi yang mengacu pada Indonesian Crude Price (ICP) dan konstanta.
Meski fluktuatif, harganya sejak Maret 2015 tak pernah melampaui US$ 8/MMbtu. Rata-rata harga LNG untuk Sumut selama 2015 adalah USD 6,74/MMbtu. Paling tinggi USD 7,83/MMbtu pada Agustus 2015, sedangkan titik terendahnya USD 3,91/MMbtu pada Maret 2016.
“Jadi harganya lebih murah daripada LNG Tangguh yang diekspor ke China. Yang diekspor rata-ratanya tahun ini USD 6-7/MMbtu,” paparnya.
Lalu mengapa PLN dan industri di Sumut harus membeli gas dengan harga sampai di atas USD 10/MMbtu?
“Itu pasti yang bermasalah di hilir. Kalau kita kan cuma sampai di hulu saja,” jawab Taslim.
Tahun ini, SKK Migas mengalokasikan 15 kargo LNG untuk PLN. Sampai bulan Juni 2016, 7 kargo telah terealisasi pengirimannya. Lalu ada alokasi 1 kargo LNG untuk PT Pertagas Niaga yang belum terealisasi sampai sekarang.
Reporter: Bobby Gunadi