Eksplorasi.id – Kementerian BUMN mengungkapkan bahwa selama ini PT Pertamina (Persero) menjual gasnya ke 23 trader yang tidak memiliki infrastruktur.
Edwin Hidayat Abdullah, Deputi Bidang Usaha Energi Logistik Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, mengatakan, selama ini persoalan tingginya harga gas belum bisa teratasai.
Salah satu penyebab utama mahalnya harga gas tersebut adalah panjangnya rantai pasok dari tangan produsen ke konsuman yang dikendalikan oleh trader alias calo.
“Ada 72 trader yang bermain di distribusi gas, di mana sebanyak 23 trader memeroleh pasokan gasnya dari Pertamina. Para trader itu tidak punya apa-apa,” ungkap dia di seminar ‘Holding BUMN’ di Magister Manajemen UI, Salemba, Jakarta, Rabu (21/12).
Edwin menjelaskan, selama puluhan tahun praktik yang tidak efisien tersebut berlangsung. Kondisi itu menyebabkan harga gas Indonesia lebih mahal dari negara tetangga. “So funny (sangat lucu). Kenapa tidak jual langsung ke yang punya infrastruktur,” jelas dia.
Seperti diketahui, saat ini mayoritas harga gas di Indonesia menyentuh rata-rata menyentuh level USD 8 hingga USD 10 per MMBtu. Harga gas tersebut konon lebih mahal dibandingkan dengan Singapura (USD 4 – USD 5 per MMBtu), Malaysia (USD 4,47 per MMbtu), Filipina (USD 5,43 per MMbtu), dan Vietnam (USD 7,5 per MMbtu).
Reporter : Samsul
Comments 1