Eksplorasi.id – Harga gas di Indonesia relatif mahal harus dilihat secara proporsional, dan harus dibandingkan dengan data yang valid.
Sumber Eksplorasi.id mengungkapkan, harga gas di Malaysia saat ini memang berkisar USD 6,68 per MMbtu, tapi pemerintah setempat memberikan subsidi kepada Petronas hingga sebesar USD 6,7 miliar per tahun atau setara Rp 87,45 triliun (kurs Rp 13.051).
“Di Cina harga gas juga bukan USD 4 per MMbtu, bahkan di Harbin City harga gas sebesar USD 15 MMbtu. Apalagi di Singapura, tidak mungkin USD 4 per MMbtu. Kalau toh harganya sebesar itu, hal tersebut hanya sesaat karena pada beralih ke minyak,” ujar sumber kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Kamis (8/9).
Sumber menjelaskan, ketika harga minyak berada dikisaran USD 60 hingga USD 80 per barel, bahkan Singapura membeli harga gas di atas USD 15 per MMbtu.
“Meksipun harga gas di Singapura sempat USD 15 per MMbtu, namun industri petrokimianya tetap hidup. Sementara di Indonesia, saat harga gas USD 6 per MMbtu, industri petrokimianya juga belum berkembang,” jelas sumber.
Di satu sisi, pada 1 Juli 2016, situs berita thestar.com.my pernah menulis, lembaga pemeringkatan Fitch Ratings memerkirakan Petroliam Nasional Bhd (Petronas) memeroleh keuntungan dari langkah pemerintah untuk menaikkan tarif untuk pipa gas di paruh kedua 2016.
Langkah itu juga berdampak positif ke perusahaan migas nasional dan Tenaga Nasional Berhad (Tenaga, BBB + / Stable) pun cenderung netral.
Langkah untuk meningkatkan tarif ini sejalan dengan program subsidi rasionalisasi pemerintah Malaysia. Tarif gas untuk sektor listrik akan menjadi RM 19,7 per MMbtu atau setara USD 4,88 per MMbtu.
Sedangkan untuk pengguna komersial dan industri di Semenanjung Malaysia, akan dinaikkan menjadi RM 27,05 per MMbtu atau setara USD 6,7 per MMbtu. “Petronas akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga gas di Malaysia,” tulis thestar.com.my.
Reporter : Ponco Sulaksono
Comments 1