Eksplorasi.id – Harga minyak mengakhiri penurunan beruntun empat hari pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena pengurangan tajam produksi di Kuwait akibat pemogokan oleh pekerja minyak memacu harapan untuk pelonggaran kelebihan pasokan minyak mentah global.
Pasar mengalihkan kekecewaan atas kegagalan pembicaraan para produsen utama di Doha pada Minggu untuk mengatasi kelebihan pasokan.
“Pasar memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap diskon informasi ‘bearish’ dan menyoroti informasi ‘bullish’ selama dua bulan terakhir,” kata Kyle Cooper dari IAF Advisors.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 1,30 dolar AS (3,3 persen) menjadi menetap di 41,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni berakhir pada 44,03 dolar AS per barel, naik 1,12 dolar AS (2,6 persen) dari penutupan Senin.
Pemogokan di Kuwait, anggota OPEC terbesar keempat, berada di hari ketiga pada Selasa. Perusahaan milik negara Kuwait Petroleum Corp. mengatakan telah berhasil mengembalikan beberapa produksi yang terdampak, dengan produksi meningkat menjadi 1,5 juta barel per hari setengah dari produkis normal dari 1,1 juta barel pada Minggu.
“Pasar tetap didukung oleh berkurangnya produksi karena pemogokan di Kuwait,” kata Tim Evans dari Citi Futures. Sementara pemogokan telah berjalan selama tiga hari, ia mengatakan, “itu sudah cukup mengejutkan untuk mengangkat harga saat ini.” Bob Yawger dari Mizuho Securities menunjuk ke spekulasi bahwa pemogokan Kuwait bisa bertahan selama 10 hari.
Yawger juga mencatat pelemahan dolar setelah laporan pembangunan perumahan AS mengecewakan dipandang sebagai mendukung kehati-hatian Federal Reserve dalam menaikkan suku bunganya. Dolar melemah mendukung semua komoditas yang dihargakan dalam dolar “dan terutama minyak mentah,” katanya.
Pasar menunggu laporan persediaan minyak mingguan AS pada Rabu. Stok minyak mentah komersial diperkirakan telah meningkat tiga juta barel dalam pekan yang berakhir 15 April, menurut analis yang disurvei oleh Bloomberg News, yang cenderung akan mendorong harga minyak lebih rendah.
Eksplorasi | Detik | Aditya