Eksplorasi.id – Dalam kesempatan berbincang dengan Profesor Johan Silas, guru besar tata kota dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, salah satu aspek penting dalam pembangunan ujarnya, adalah penggunaan energi.
Hal ini perlu perhatian lebih. Karena jika aspek penggunaan energi tidak diperhatikan, tentu saja kota tersebut menjadi lebih boros.
Ia mencontokan bagiamana kota-kota besar di Indonesiayang tidak memerhatikan aspek ini. Hanya sekadar membangun, tanpa menghitung ketersediaan energi yang ada.
“Risikonya pasti akan selalu kurang. Padahal energi sangat terbatas. Sekarang mau tidak untuk memulainya,” terang profesor kelahiran Samarinda ini.
Cara paling mudah untuk menghematnya adalah, penggunaan lampu light emitting diode (LED). Pasalnya, penggunaan energi listrik di Indonesia secara umum, 30 persen dihabiskan oleh penggunaan lampu yang saat ini masih menggunakan sistem hemat energi. “Hanya tagline saja hemat energi, padahal tidak. Dengan beralih menggunakan LED, saya menjamin mampu menghemat sepertiga daya listrik. Terutama di Berau yang hingga saat ini masih biarpet,” jelasnya.
Ia mencontohkan, bagaimana hotel-hotel di Tiongkok maupun Jepang saat ini telah menggunakan sistem pembangkit listrik tenaga surya. Inovasi ini, berhasil menghemat penggunaan listrik hingga 50 persen di negara tersebut. Contohnya nyata, ini harusnya bisa dilakukan juga di Berau. Sebelum pengembangan pembangunan di Bumi Batiwakkal, belum begitu pesat, seperti di kota-kota besar di Indonesia.
Terkait penghematan energi ujarnya, bisa dilakukan terlebih dahulu oleh instansi pemerintahan. Pola seperti ini, berhasil diterapkan di Surabaya. Dengan memberi contoh yang baik, pada penggunaan energi, masyarakat maupun swasta pasti akan mengikuti.
Eksplorasi | Aditya | Antara