Eksplorasi.id – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menginginkan langkah-langkah menggalakkan hilirisasi pertambangan di Tanah Air tidak kandas dengan adanya wacana bahwa larangan ekspor konsentrat akan diberikan dispensasi kepada pihak tertentu.
“Posisi Hipmi mengawal hilirisasi ini sampai tuntas,” kata Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (1/3).
Dia mengingatkan bahwa sejumlah pengusaha Hipmi juga sedang membangun smelter di berbagai daerah sehingga hal tersebut juga perlu mendapat dukungan penuh.
Hipmi menyoroti pemberitaan sejumlah media bahwa hilirisasi industri berbasis logam terancam kandas antara lain karena pemerintah tengah mempertimbangan untuk dilakukan relaksasi ekspor.
Akibatnya, lanjutnya, pengusaha yang terlanjur dan berencana membangung smelter kecewa dan enggan melanjutkan investasinya.
“Hilirisasi merupakan harga mati untuk meningkatkan nilai tambah bahan mentah dalam perekonomian bangsa,” kata Bahlil.
Selain itu, ujar dia, hilirisasi juga akan menyerap pengangguran atau menciptakan lapangan kerja lebih besar. Sebab itu, menurut ketum Hipmi, pihaknya juga akan mengawal program hilirisasi ini sampai selesai.
Sebagaimana diwartakan, Kementerian Perindustrian memprioritaskan hilirisasi empat kelompok mineral logam pada 2016, seperti besi baja, tembaga, alumunium, dan nikel.
“Kami akan menyusun rencana aksinya secara detil yang akan tertuang dalam sebuah peta jalan atau roadmap hilirisasi industri,” kata Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat merujuk pada hasil rapat kerja Kemenperin selama dua hari di Jakarta, Rabu (17/2).
Menurut Syarif, pembangunan industri berbasis sumber daya alam bergantung pada beberapa sektor antara lain, sektor transportasi, konstruksi bangunan, permesinan, infrastruktur, energi, listrik, alat kesehatan, dan elektronik.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yakin PT Freeport Indonesia segera realisasikan komitmennya membangun fasilitas hilirisasi atau pemurnian mineral (smelter) di Indonesia sebelum stok produksi mencapai titik puncak.
“Freeport pasti akan memberikan jawaban untuk berkomitmen dalam mengembangkan hilirisasi ini karena ia juga memiliki hitungan sendiri,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot di Kompleks Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (3/2).
Jika Freeport tetap tidak bisa melakukan ekspor konsentrat tembaga, sementara produksi tetap berjalan seperti biasa, ada kekhawatiran adanya stop operasi dari perusahaan tambang berbasis di Amerika tersebut yang memaksa dilakukannya pengurangan karyawan.
Eksplorasi | Ponco S