Eksplorasi.id – Wacana holding BUMN energi yang direncanakan pemerintah, melalui Kementerian BUMN, dinilai sejumlah kalangan belum bisa memengaruhi harga gas secara langsung.
Hal itu diungkapkan pengamat dari Policy Center ILUNI Universitas Indonesia Ryad Chairil di Jakarta, Rabu (12/10). “Penggabungan PT PGN (Persero) Tbk dengan PT Pertamina (Persero) memang bisa memperkuat entitas perusahaan, tapi soal transaksi harga gas belum tentu bisa dikendalikan. Ini sangat kompleks,” kata dia.
Ryad menegaskan, pembentukan holding BUMN energi memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi sekali lagi dia menyakinkan bahwa belum tentu harga gas di Tanah Air bisa lebih kompetitif dibanding negara lain.
“Ada plus minusnya. Plusnya, semua kegiatan bisa berlangsung secara efisien dan bisa diawasi oleh satu entitas. Minusnya, mesti dilakukan secara hati-hati. Sebab, kegiatan transaksi komersial yang mungkin secara hukum tidak bisa ke holding,” jelas dia.
Menurut Ryad, dirinya sangat setuju pembahasan holding pada tataran makro. Namun, lanjut dia, kalau soal mikro perlu dikaji lebih mendalam. “Ada transaksi yang melintang-lintang. Saya belum tahu, bagaimana kajiannya di hilir bagaimana,” ujar dia.
Dia berpendapat, untuk menurunkan harga gas, dalam praktiknya memang semua pihak sepakat untuk melakukan hal itu. Namun, jika dilihat secara implementasi, memang sulit bagi badan usaha untuk menurunkan harga gas.
Reporter : Ponco S