Eksplorasi.id – Totok Nugroho resmi menggantikan Daniel Syahputra Purba sebagai senior vice president (VP) Integrated Supply Chain (ISC) PT Pertamina (Persero) pada Kamis (15/6).
Totok sebelumnya juga pernah menjabat posisi strategis di ISC, yakni level manajer. Sebelumnya, pada Januari 2015, Totok ditunjuk sebagai direktur utama Pertamina Enegy Trading Ltd (Petral).
“Kala itu Totok dipilih menggantikan Bambang Irianto yang sudah memasuki masa pensiun. Pergantian direksi Petral saat itu sejalan dengan rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal Basri,” kata sumber Eksplorasi.id di Jakarta, Jumat (16/5).
Faisal Basri dan timnya saat itu merekomendasikan pergantian semua direksi Petral. Penjelasan Faisal kala itu, rekomendasi berdasarkan pada temuan timnya selama ini.
Salah satunya adalah adanya kebocoran informasi mengenai spesifikasi produk yang akan dipesan melalui Petral kepada para pedagang minyak (trader). Padahal proses tender belum berlangsung.
Selain itu, Petral mengklaim pengadaan minyak semakin lama sudah semakin banyak melalui perusahaan minyak negara lain (national oil company/NOC), bahkan sekarang sudah sepenuhnya dari NOC.
Melalui perubahan tersebut muncul kesan kuat mata rantai pengadaan minyak semakin pendek. Faktanya, NOC yang memenangi tender pengadaan tidak selalu memasok minyaknya sendiri, bahkan kerap memeroleh minyak dari pihak lain.
Sumber menjelaskan, Totok memiliki peran yang cukup besar atas terjadinya proses likuidasi di tubuh Petral. “Kalau tidak ada Totok mungkin Petral tidak bubar dan peran ISC tidak akan seperti sekarang,” jelas sumber.
Sekedar informasi, Pertamina resmi membubarkan anak usahanya, Petral, pada 13 Mei 2015. Sementara, ISC Pertamina dibentuk berdasarkan persetujuan Dewan Komisaris pada 17 September 2008.
Ketika Karen Agustiawan menjabat sebagai dirut Pertamina, manajemen di bawah dia mengubah fungsi ISC dari badan pelaksana pengadaan BBM dan minyak menjadi penyusun strategi (think tank) pemasaran.
Hal itu menyusul pencopotan Sudirman Said dari jabatannya selaku petinggi ISC. Fungsi awal dari ISC yang dibentuk Pertamina itu lantas dialihkan ke Petral.
“Itu menurut rekomendasi komisaris. Jadinya fungsinya dipindahkan ke Petral yang akan berfungsi sebagai marketer, sementara ISC menjadi think tank untuk konsultan marketing,” kata dia, pada medio 20 Maret 2009.
Kini, usai Petral bubar, ISC memiliki tiga peran utama. Pertama, sebagai perencana dan optimasi terintegrasi. Kedua, pengadaan/penjualan (niaga) dan komersial.
Ketiga, operasional suplai dan ekspor untuk memastikan keamanan suplai dan stok minyak mentah, bahan bakar minyak dan elpiji nasional dengan tetap mengedepankan keekonomian.
Saat Totok dipilih menjadi dirut Petral, Direktur SDM dan Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto pernah berkomentar, salah satu alasan penunjukan Totok karena dianggap memiliki integritas yang baik.
“Totok Nugroho alasannya memiliki kompetensi dan integritas yang baik. Totok juga pernah menjabat posisi strategis di ISC Pertamina. Dulu pernah jadi manajer ISC,” katanya, kala itu.
Reporter : Sam