EKSPLORASI – Negara-negara Eropa kini terancam krisis energi. Mereka terancam kekurangan stok bahan bakar pada musim panas tahun ini akibat pasar minyak dunia yang makin ketat.
“Ketika musim liburan utama dimulai di Eropa dan AS, permintaan bahan bakar akan meningkat. Kemudian kita bisa melihat kekurangan: misalnya dengan solar, bensin, atau minyak tanah, khususnya di Eropa,” tutur kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol kepada Der Spiegel, melansir Reuters pada Mei lalu.
Birol juga memperingatkan bahwa krisis energi saat ini jauh lebih besar daripada guncangan minyak tahun 1970-an. Selain itu, kekurangan bahan bakar kali ini berpotensi berlangsung lebih lama.
“Saat itu hanya tentang minyak. Sekarang kita mengalami krisis minyak, krisis gas, dan krisis listrik secara bersamaan,” tambahnya.
Adapun kekhawatiran tersebut datang di tengah langkah drastis Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi kepada Rusia berupa embargo minyak. Sebanyak 90% pasokan minyak Negeri Beruang Merah ke Benua Biru akan dihentikan.
Berikut daftar negara-negara yang telah terancam krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina, dihimpun dari berbagai sumber:
JERMAN
Jerman berencana untuk menyalakan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). Hal ini terjadi karena situasi pasar gas yang memburuk akibat pembatasan pasokan gas Rusia.
Menteri Ekonomi Robert Habeck memperingatkan bahwa situasinya akan “sangat ketat di musim dingin”. Apalagi, jika negara itu tidak melakukan tindakan pencegahan untuk membendung kekurangan pasokan.
Karenanya, negeri itu akan mengkompensasi pengurangan pasokan gas Rusia dengan meningkatkan pembakaran batu bara. Padahal sebelumnya Jerman berkomitmen “membuang” bahan bakar fosil paling intensif karbon itu.
“Itu menyedihkan, tetapi hampir diperlukan dalam situasi ini untuk mengurangi konsumsi gas. Kami harus dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk menyimpan gas sebanyak mungkin di musim panas dan musim gugur,” kata Habeck dikutip CNBC International, Senin (20/6/2022).
“Tangki penyimpanan gas harus penuh di musim dingin. Itu yang menjadi prioritas utama,” tambahnya.
Fasilitas penyimpanan Jerman saat ini berada pada kapasitas sekitar 56%. Namun situasi menjadi tak menentu kala perusahaan gas Rusia, Gazprom, yang biasa menyalurkan gas melalui pipa Nord Stream 1 di Jerman membatasi pasokan dennen menyebut “masalah teknis”. Jerman merupakan negara yang paling bergantung dengan gas Rusia, selain Italia, di Eropa.
BELANDA
Sama seperti Jerman, pemerintah Belanda juga menghidupkan kembali tenaga batu bara. Negeri Kincir Angin juga meminta industri dan pelaku bisnis untuk menghemat penggunaan energinya.
Belanda mengaku pemotongan yang dilakukan Rusia sangatlah mengkhawatirkan meski negara itu hanya mengimpor 15% pasokan gasnya dari Moskow.
AUSTRIA
Selain Jerman dan Belanda, Austria juga telah mengambil langkah serupa. Wina memutuskan untuk mengaktifkan kembali pembangkit batu baranya pasca berkurangnya pasokan gas Moskow.
DENMARK
Badan energi Denmark kini memberikan status “peringatan dini” seiring kekhawatiran pasokan gas karena ketidakpastian impor energi dari Rusia akibat perang dengan Ukraina. Sebagai informasi, Negara Uni Eropa (UE) memberikan tiga tingkatan peringatan akan krisis, dimulai dengan “peringatan dini”, lalu “waspada”, dan yang tertinggi “darurat”.
“Ini adalah situasi serius yang kami hadapi dan diperparah dengan berkurangnya pasokan,” kata Wakil Direktur Badan Energi Denmark, Martin Hansen, ketika mengumumkan peringatan, Senin, dikutip AFP.
Pengumuman muncul setelah perusahaan energi Denmark Orsted mengumumkan pengiriman gas Rusia ke negara Skandinavia itu akan ditangguhkan mulai 1 Juni. Orsted menolak menyelesaikan pembayaran dalam rubel, “senjata” pemerintahan Presiden Vladimir Putin pada negara-negara barat yang memberinya sanksi karena serangan ke Ukraina.
Rusia sendiri adalah salah satu sumber utama impor gas Denmark. Gas mewakili 18% dari energi yang dikonsumsi warga setiap tahun di Denmark. Produksi domestik Denmark sebenarnya menyumbang 3/4 gas konsumsi. Sementara itu, saat ini, stok gas Denmark sekitar 75%.