Eksplorasi.id – Pascarusaknya sejumlah kilang milik PT Pertamina (Persero), perusahaan migas pelat merah tersebut mendadak melakukan impor sebanyak 1,2 juta barel BBM jenis solar.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, keputusan impor dilakukan mendadak karena karena stok kilang merosot hingga di bawah 20 hari, dari normal 23 hari.
“Stok turun akibat melonjaknya permintaan dari industri pertambangan karena harga batubara melonjak pada akhir tahun lalu. Tiga bulan terakhir estimasi terlalu rendah. Ternyata pemasaran naik dua juta barel lebih,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
Penjelasan Ahmad Bambang, stok semakin tidak jelas ketika Kilang Balikpapan mendadak padam pada 2 Desember tahun lalu. Kilang Balikpapan pada tahun lalu menghasilkan 43 juta ton solar.
“Namun pada 11 Desember lalu kilang terganggu. Bahkan, kilan setop produksi solar selama lebih dari 24 jam sejak 15 Januari 2017,” jelas dia.
Terpisah, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami berkomentar, pihaknya telah menyetujui proposal impor yang diajukan Pertamina. Impor juga diberikan untuk BBM jenis premium selama enam bulan ke depan.
Sementara, BPH Migas mempertanyakan keputusan Pertamina melakukan impor solar sebesar 1,2 juta barel. Pasalnya, berdasarkan verifikasi terakhir BPH Migas akhir tahun lalu, Pertamina melaporkan pasokan solar berlebih.
“Mereka melaporkan saat dilakukan verifikasi, katanya mereka over solar kok malah impor?” ujar Direktur Bahan Bakar Minyak BPH Migas Hendri Ahmad, seperti dilansir Tempo.
Menurut Hendri, Pertamina kelebihan pasokan solar karena kewajiban mencampur solar tersebut dengan biodiesel sebesar 20 persen. Kebijakan dikeluarkan Kementerian ESDM sejak awal tahun lalu.
Di satu sisi, sejumlah sumber dari kalangan pengolahan dan pemasaran minyak juga menganggap janggal keputusan impor solar. Biasanya impor diputuskan tiga bulan sebelumnya.
Kali ini, impor solar untuk Januari baru diputuskan pada rapat optimasi hilir, Desember lalu. Keputusan ini bertentangan dengan hasil rapat pada Oktober 2016, yang antara lain tidak mengimpor solar.
Reporter : Samsul | Tempo