Eksplorasi.id – Harga gas industri yang belum jua turun membuat para pelaku industri keramik keteteran. Mereka mempertanyakan keseriusan pemerintah melaksanakan paket ekonomi jilid III tentang penurunan harga gas.
Dampak tingginya harga gas dirasakan langsung industri keramik yang sangat bergantung pada gas. Penggunaan energi, baik gas maupun listrik, berkontribusi sekitar 35 persen dari ongkos produksi industri ini.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Elisa Sinaga mengatakan, dua tahun terakhir harga gas menjadi kendala besar yang menghambat pertumbuhan industri keramik.
”Sampai sekarang harga gas masih US$ 9 per mmbtu (metric British thermal unit). Sedangkan gas di Malaysia dan Thailand antara US$ 4–8 per mmbtu,” ujar Elisa, Selasa (22/3). Elisa berharap pemerintah segera merealisasikan rencana penurunan harga gas industri seperti yang diamanatkan dalam paket kebijakan ekonomi.
Eksplorasi | Liputan6 | Aditya