Eksplorasi.id – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendesak pemerintah membuka moratorium lahan gambut untuk penanaman kelapa sawit. Alasannya, perkebunan dan industri sawit bisa menggantikan migas sebagai penyumbang devisa terbesar.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu industri sawit menghasilkan devisa US$ 18,6 miliar atau sekitar Rp 250 triliun. Artinya, devisa ekspor kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan devisa hasil ekspor migas yang mencapai US$ 18,5 miliar. Devisa tersebut dihasilkan dari luas perkebunan 11,3 juta hektare dengan kapasitas produksi 31,2 juta ton crude palm oil (CPO) per tahun.
Menurut Sekjen GAPKI, Togar Sitanggang, beberapa bulan terakhir devisa dari ekspor sawit juga masih mengungguli devisa hasil migas. Sebab, harga minyak dunia masih stabil di harga rendah, sedangkan harga CPO stabil di harga US$ 600 per ton.
“Sektor migas masih perlu mengimpor, sementara sawit 100 persen hasil dalam negeri. Indonesia dan sawit bisa seperti minyak dan Arab (Saudi), “ ujar Togar, Kamis (28/4).
Eksplorasi | Jpnn | Aditya