![Ahmad Bambang | Foto : Istimewa](http://eksplorasi.id/wp-content/uploads/2016/09/Ahmad-Bambang-1024x680.jpg)
Eksplorasi.id – Indonesia ke depan harus bisa meningkatkan cadangan BBM nasional. Saat ini, cadangan BBM nasional hanya bisa memenuhi kebutuhan operasional dalam kurun 18-22 hari.
Cadangan BBM nasional saat ini dinilai cukup riskan. Sebab, Indonesia hanya bisa bertahan paling lama 22 hari jika terjadi bencana besar atau perang, dan pasokan minyak dari luar negeri terhenti.
Ahmad Bambang, mantan wadirut PT Pertamina (Persero), mengatakan, dibandingkan dengan negara lain, stok BBM nasional tergolong amat sedikit.
“Malaysia saja punya cadangan BBM untuk 25 hari. Kita kalah jauh dengan Singapura yang punya cadangan BBM untuk 90 hari. Lalu Cina dengan cadangan BBM 90 hari, dan Amerika Serikat yang punya cadangan BBM hingga 260 hari,” kata dia kepada Eksplorasi.id di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dia mengungkapkan, saat ini yang dimiliki Indonesia baru sebatas cadangan operasional. Indonesia hingga kini belum memiliki cadangan strategis (Strategic Petroleum Reserve/ SPR).
“Ada solusi agar cadangan BBM Indonesia bisa ditingkatkan hingga minimal 60 hari, rinciannya 30 hari dari cadangan operasional dan 30 hari dari SPR,” jelas dia.
Ahmad Bambang pun memberi ide soal penambahan cadangan atau stok BBM nasional tersebut. Misalnya terkait penerbitan sebuat regulasi.
“Pemerintah tinggal menerbitkan aturan yang menegaskan bahwa semua badan usaha pemegang izin usaha niaga umum (BU-PIUNU) migas harus memiliki atau menguasai stok operasi BBM rata-rata minimum selama 30 hari,” ujar dia.
Berdasarkan pengalamannya selama di Pertamina, lanjut Ahmad Bambang, jika perseroan ingin masuk ke suatu negara, seperti ke Laos, Vietnam, Myanmar, ada syarat wajib investasi di sana.
“Ini di Indonesia aneh. Perusahaan asing bisnis BBM di Indonesia tidak ada syarat seperti itu. Tidak perlu langsung membangun kilang, bisa dimulai dari syarat membangun storage. Tujuan utamanya kan cadangan nasional dulu,” katanya.
Dia menambahkan, adanya syarat tersebut bisa membantu cadangan nasional tanpa perlu pemerintah mengeluarkan uang.
“Kalau ternyata yang masuk ke bisnis BBM adalah perusahaan abal-abal, pasti akan langsung bangkrut. Perusahaan swasta atau asing juga harus memberikan kontribusi untuk kepentingan nasional,” jelasnya.
Reporter : HYN