Eksplorasi.id – Persoalan subsidi BBM tidak semata hanya menghapus BBM jenis Premium lalu menggantinya dengan Pertalite.
Namun, yang lebih penting adalah memberikan pilihan ‘cara bepergian’ kepada masyarakat.
Hal itu diungkapkan mantan Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana menanggapi persoalan masih bengkaknya subsidi BBM.
“Paling dibutuhkan sebetulnya bagaimana agar rakyat bisa bepergian dengan mudah, murah dan nyaman. Jadi bukan soal bahan bakarnya,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp, Kamis (28/5).
Menurut Gde, di masa lalu masyarakat dimudahkan ‘cara bepergiannya’ dengan mensubsidi bakar agar bisa bepergian dengan murah.
“Usulan ini tentunya didukung oleh industri otomotif. Jika semua rakyat bisa bepergian dengan murah dengan alat transportasinya sendiri, maka itu akan menjadi pasar yang besar buat industri otomotif,” jelas dia.
Dampaknya, imbuh Gde, pemerintah yang disuruh membayar (subsidi) biaya bahan bakarnya.
“Di era Jokowi, hal itu diubah. Rakyat diminta beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum yang murah. Sarana angkutan umumnya ditambah, dipercantik, dipermurah dan disubsidi (digratiskan),” ujar dia.
Penjelasan Gde, di manapun di seluruh dunia, di barat (Eropa) maupun di timur (Cina, Jepang, Korea, dll) kemudahan bepergian dilakukan dengan menyediakan angkutan umum yang murah.
“Bukan menyediakan BBM yang murah. BBM justru dibuat lebih mahal dengan carbon tax, road tax, road pricing, dan sebagainya untuk memberikn leverage kepada angkutan umum,” terang dia.
Komentar Gde, hanya di Amerika Serikat yang dibebaskan bersaing penuh antara BBM full price dengan angkutan umum yang juga full price.
Terpisah, mantan Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang pun sepakat dengan yang dikatakan Gde Pradnyana. Pendapat dia, apabila angkutan umum sudah tersedia cukup baik, agar masyarakat mau beralih, ada dua langkah yang harus dilakukan.
“Langkah pertama menaikkan harga bahan bakar dengan sejumlah pajak baru seperti carbon/environment tax, carcity tax, serta tarif parkir,” kata dia.
Reporter : Sam