Eksplorasi.id – Pembangunan proyek Kilang LNG Tangguh Train 3 di Provinsi Papua Barat mencapai keputusan akhir investasi (final investment decision/FID) dengan adanya penetapan penyampaian dokumen dari SKK Migas ke BP Tangguh Berau Ltd.
Acara dihadiri antara lain oleh Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, BP Regional President Asia Pacific Christina Verchere, serta sejumlah representasi pemangku kepentingan dan pemerintah daerah terkait.
Penetapan pelaksanaan proyek yang ditargetkan bisa beroperasi pada 2020 ini disaksikan oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Investasi proyek yang dioperasikan, dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh BP Tangguh Berau Ltd itu sekitar USD 8 miliar atau setara Rp 105,1 triliun (kurs Rp 13.133).
“Proyek ini menjadi sangat penting bukan saja karena memang kita membutuhkan pasokan energi yang cukup besar, tetapi letaknya di wilayah yang sangat strategis dimana Papua dan Papua Barat masih terhitung daerah tertinggal yang harus dikebut pembangunannya,” kata Menteri Sudirman pada Penetapan Pelaksanaan Kilang Tangguh di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (1/7).
Pada acara seremonial penyampaian dokumen dari SKK Migas ke BP Tangguh, diserahterimakan empat dokumen FID. Dokumen yang disampaikan oleh Amien Sunaryadi kepada Christina Verchere itu adalah, persetujuan nilai autorization for expenditure (AFE) untuk pembangunan Kilang LNG Train 3, baik untuk fasilitas darat dan lepas pantai.
Kemudian, persetujuan penunjukan pelaksana proyek (EPC Award) untuk pembangunan Kilang LNG dan fasilitas gas lepas pantai (platform dan pipa penyalur), persetujuan pasokan gas untuk pabrik pupuk di Papua, dan persetujuan pembiayaan kilang LNG.
Proyek perluasan kilang Tangguh Train 3 akan menyumbang tambahan 3,8 juta ton per tahun (million tons per annum/mtpa) terhadap kapasitas produksi Kilang LNG Tangguh sehingga total kapasitas kilang menjadi 11,4 mtpa. Proyek Tangguh Train 3 juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru dan infrastruktur pendukung lainnya.
Adapun pembangunan Train 3 di Kabupaten Teluk Bintung dan Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat ini mendukung program penyediaan listrik 35 ribu MW pemerintah karena 75 persen dari produksi tahunan LNG dijual ke PT PLN (Persero) atau setara dengan 3.000 MW listrik bagi Indonesia.
Selain itu, terdapat volume LNG dari kilang Tangguh LNG Train-3 yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gas bagi kelistrikan di Provinsi Papua Barat. Kilang LNG Tangguh dioperasikan oleh BP Berau sebagai kontraktor mitra utama SKK Migas dengan kepemilikan saham BP mayoritas, yakni 37,16 persen.
Adapun enam kontraktor mitra Tangguh yang digandeng BP, yakni MI Berau BV (16,30 persen), CNOOC Muturi Ltd (13,90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau) (12,23 persen), KG Berau/KG Wiriagar (10 persen), Indonesia Natural Gas Resources Muturi (7,35 persen) dan Talisman Wiriagar Overseas (3,06 persen).
Saat ini Kilang Tangguh telah berdampak positif terhadap sosial-ekonomi melalui program pengembangan masyarakat dan penyediaan kebutuhan listrik bagi Kabupaten Teluk Bintuni.
Proyek Kilang LNG Tangguh mencakup tiga blok wilayah kerja, yakni Berau, Muturi dan Wiriagar. Train 3 menambah 2 anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Dalam proyek pengembangan Train 3 tersebut, sekitar USD 1,3 miliar atau setara Rp 17,1 triliun kandungan dalam negeri dari barang dan jasa dipasok oleh perusahaan Indonesia. Ini tentu meningkatkan pendapatan perusahaan nasional/lokal.
“Pekerjaan pengembangan Sumur Tangguh ini akan menggunakan kandungan lokal sebesar 35 persen, antara lain dari sektor pekerjaan sipil, mesin, elektro, hingga kelautan,” kata Amien.
SKK Migas telah menyetujui seluruh AFE serta penunjukan pemenang pengadaan barang dan jasa untuk proyek ini. Selanjutnya, engineering, procurement and construction (EPC) diharapkan dilakukan pada kuartal ketiga tahun ini, yang dilanjutkan dengan masa konstruksi. “Operasi diharapkan dapat dimulai pada 2020,” ungkap Amien.
Eksplorasi | Ponco
Comments 1